Liputan6.com, Jakarta - Kopi lokal menjadi salah satu bisnis yang terdampak akan penyebaran corona Covid-19. Di tengah adanya banyak pembatasan ruang gerak guna pencegahan, hal ini turut mempengaruhi roda perputaran perekonomian para pelaku usaha.
Meski berada di masa krisis, mereka, para pelaku bisnis kopi lokal tak menyerah begitu saja. Mereka menyusun strategi hingga melancarkan kiat-kiat agar setidaknya mampu bertahan selama pandemi virus corona baru ini.
Salah satu cerita upaya pertahanan itu disampaikan oleh pemilik Klinik Kopi Firmansyah. Pepeng begitu ia akrab disapa, menyebutkan bisnis yang ia rintis memiliki keunikan adalah berbincang dengan pengunjung yang datang ke kedai kopi yang berlokasi di Sinduharjo, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta.
Baca Juga
Advertisement
Mengingat mengedepankan untuk ngobrol dengan pengunjung, ia turut mengandalkan penjualan online sekitar 80 persen didapatkan dari e-commerce Tokopedia.
"Setiap beli biji kopi ada ceritanya, ada keterangan cerita, siapa petaninya, dari mana kopinya, yang kita lakukan sudah lama. Hanya jual biji kopi untuk sekarang ini, take away enggak banyak," kata Pepeng dalam talkshow online #SatuDalamKopi, Kamis, 23 April 2020.
Pemilik kedai kopi yang sempat jadi lokasi syuting film Ada Apa Dengan Cinta 2 (AADC 2) ini menegaskan tidak melulu berhenti karena adanya corona, tetapi terus bekerja.
"Kita lakukan apa yang bisa kita lakukan. Salah satunya jual roast bean ini," tambahnya.
"Kita bertahan dengan kemampuan yang ada. Tidak tahu ini sampai kapan, kita bertahan pelan-pelan bisa sumbangsih terutama ke stafku dan orang-orang terdekat untuk bertahan hidup," jelas Pepeng.
Cerita Pemilik Dua Coffee
Cerita lain dibagikan oleh Co-Founder Dua Coffee, Omar Karim Prawiranegara. Sebagai usaha yang mengedepankan hospitality, Dua Coffee tak lagi dapat berinteraksi dan mengobrol dengan pelanggan sejak imbauan untuk physical distancing.
"Seminggu pertama (physical distancing), masih aman omzetnya tapi ketika minggu kedua Covid makin menurun drastis sampai minus 80 persen dari omzet harian," kata Omar dalam kesempatan yang sama.
Mulai dari momen itu pula, pihaknya setiap hati mulai membuat laporan hingga dari awal tidak mempunyai produk susu literan dan kini memilikinya. Dilanjutkan Omar, ia dan rekan-rekannya di komunitas yang kerap disebut Kelurahan Cipete, kerap saling berbagi terkait banyak hal.
"Ada teman-teman dari Tuku bilang jual kopi literan, cukup bisa membantu di masa seperti sekarang. Akhirnya teman-teman di situ juga ikut berpartisipasi dan Alhamdulillah sampai sekarang bikin kita survive," tambahnya.
"Kita sudah tidak cari untung lagi tapi gimana cara tetap bertahan hidup, teman-teman yang ada tetap gajian, tetap bisa dapat THR mudah-mudahan, itu dari kopi literan yang platformnya ada di Tokopedia," jelas Omar.
Ia mengakui, awalnya yang tidak melek digital soal e-commerce karena sibuk berinteraksi sosial di toko, di masa pandemi mau tak mau harus belajar seperti perilaku konsumen. Tantangan soal itu, disebut Omar, baru dimulai.
"Salah satu yang menguatkan kita adalah interaksi antar pedagang kopi atau bisa antar komunitas yang kita punya, saling cerita di Cipete, apa bahan baku yang kita punya dengan harga murah bisa beli sama-sama, sesimpel botol-botol sekarang mulai susah karana demand tinggi, solusinya coba bisa beli bersama," tutupnya.
Advertisement