Sembuh dari Corona COVID-19, PM Inggris dalam Kondisi Baik

Menteri Kesehatan Matt Hancock mengatakan bahwa Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson dalam kondisi baik dan pulih setelah sakit parah dengan Virus Corona COVID-19.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 25 Apr 2020, 13:31 WIB
Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson (AFP Photo)

Liputan6.com, London- Menteri Kesehatan Inggris Matt Hancock, pada Jumat 24 April 2020, mengatakan bahwa Perdana Menteri Boris Johnson dalam kondisi baik dan pulih setelah jatuh sakit parah dengan Virus Corona COVID-19. 

Menkes Matt Hancock mengatakan kepada Sky News ia yakin bahwa Perdana Menteri Inggris itu akan kembali segera setelah dokter merekomendasikannya, seperti dikutip dari Channel News Asia, Sabtu (25/4/2020). 

"Saya berbicara dengannya kemarin, dia dalam kondisi sangat baik dan jelas pulih," tutur Menkes Matt Hancock. 

PM Boris Johnson dilaporkan meninggalkan rumah sakit pada 12 April, seminggu setelah dia dibawa ke Rumah Sakit St Thomas di London pada 5 April.

Menurut laporan, PM Boris Johnson melanjutkan pemulihan dan penyembuhannya di Chequers, kediaman resmi perdana menteri di barat laut London.

Namun, selama periode itu dikatakan bahwa PM Boris Johnson melakukan kontak dengan para menteri di kantor pribadinya di Downing Street.

Saksikan Video Berikut Ini:


Panggilan Penyelidikan

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengunjungi laboratorium di Layanan Infeksi Nasional Inggris Kesehatan Masyarakat, setelah lebih dari 10 pasien Virus Corona diidentifikasi di Inggris, di Colindale, London utara, Minggu, 1 Maret 2020. (Henry Nicholls / Pool Foto via AP)

PM Boris Johnson dilaporkan telah menghadapi panggilan terkait penyelidikan penanganan pemerintahnya terhadap krisis Virus Corona COVID-19, setelah gagal untuk sepenuhnya menjelaskan data kematian parsial, tes virus yang terbatas, atau kurangnya peralatan untuk rumah sakit.

Menurut laporan, pada awalnya PM Boris Johnson menahan diri untuk tidak menyetujui pengendalian ketat yang diterapkan oleh para pemimpin Eropa lainnya, tetapi kemudian ia menutup negara itu ketika proyeksi menunjukkan seperempat juta orang bisa meninggal di Inggris.

Namun, pemerintah sejak pemberlakuan lockdown telah memberikan penjelasan yang bertentangan mengapa gagal bergabung dengan skema ventilator Uni Eropa dan mengakui ada masalah dalam mendapatkan alat pelindung yang memadai bagi petugas kesehatan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya