Liputan6.com, Cilacap - Ribuan penganut Kejawen dan pelestari adat di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah baru akan berpuasa Ramadan pada Sabtu (25/4/2020), atau selang sehari setelah ketetapan pemerintah, Jumat (24/4/2020).
Salah satu kelompok kejawen itu ada di Desa Kalikudi, Kecamatan Adipala, Cilacap. Di desa ini, berkembang budaya leluhur turun temurun, Islam Kejawen dan pelestari adat dan teleh berjalan ratusan tahun.
Tetua Adat Anak Putu Kalikudi, Kunthang Sunardi mengatakan Kejawen menggunakan kalender Alif Rebo Wage atau Aboge. Dalam kalender Aboge, tahun ini adalah taun Wawu sehingga rumusnya adalah Ram Jiji.
Baca Juga
Advertisement
Pada tahun Wawu, awal tahun atau 1 Sura jatuh di hari Senin Kliwon. Adapun rumus untuk menentukan awal puasa atau Ramadan adalah Sanemro atau puasa nenem loro. Karenanya, tanggal 1 puasa tiba di hari Sabtu pasaran Manis.
“Itu tibanya dengan menggunakan Sanemro. Nemro, itu berarti kan, Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu. Loronya Manis,” katanya.
Kunthang mengemukakan, meski berbeda hari dengan ketentuan pemerintah, masyarakat Kalikudi tidak pernah mempermasalahkan. Bahkan, masyarakat saling menghargai perbedaan ini. Menurut dia, sejak ratusan tahun lalu, masyarakat telah terbiasa hidup rukun dan toleran.
Dia juga mengungkapkan, tahun ini sejumlah tradisi anak putu menjelang Ramadan, di antaranya Punggahan, Nyadran, Bekten dan Muji. Komunitas anak putu megikuti anjuran pemerintah untuk tak membuat acara yang menyebabkan kerumunan. Anak putu melakukan ritual tradisi di rumah masing-masing.
“Kepungan Nyadran ditiadakan. Kalau mau nyadran, kepungan di antarkan ke masing-masing rumah, Jadi tidak ada kumpulan,” ujarnya.
**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.
Simak Video Pilihan Berikut Ini:
Ibadah Ramadan dan Mudik Perantau Cilacap
Bupati Cilacap, Jawa Tengah Tatto Suwarto Pamuji meminta masyarakat beribadah Ramadan di rumah. Pasalnya, kerumunan bisa menjadi media penularan Covid-19.
Salah satu cara untuk menekan penularan Covid-19 adalah dengan melakukan social dan physical distancing secara ketat. Selain itu, masyarakat juga diminta untuk disiplin menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS).
Menurut dia, Ramadan kali ini yang tiba saat kondisi wabah Covid-19 mesti disikapi dengan bijak. Covid-19 menyebabkan Ramadan dalam suasana prihatin. Sebab itu, masyarakat diharapkan membatasi kegiatan yang menyebabkan kerumunan dalam jumlah banyak.
“Ramadan tahun dijalani dengan keprihatinan. Masyarakat diimbau untuk beribadah Ramadan di rumah masing-masing,” katanya.
Ia juga kembali mengingatkan agar para perantau tak mudik ke Cilacap. Pasalnya, mudik bisa menyebabkan meningkatnya risiko penularan Covid-19, terutama dari wilayah episentrum covid-19, seperti di kota-kota besar.
Para perantau diimbau menahan diri untuk tidak pulang kampung, baik saat Ramadan, maupun lebaran Idul Fitri nanti. Perantau diharapkan baru pulang kampung setelah wabah Covid-19 mereda atau dinyatakan telah purna.
Diketahui, sebanyak 50 ribu perantau lebih telah tiba dari kota-kota besar, terutama Jakarta pada Maret dan April 2020 ini. Perantau yang pulang diwajibkan karantina mandiri setidaknya selama 14 hari. Selain itu, perantau yang merasakan gejala sakit seperti demam, batuk dan sesak napas diminta segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat.
Advertisement