Jualan Ventilator Saat Pandemi Corona, Pria Ini Raup Rp 583 Miliar per Hari

Perusahaan peralatan medis menjadi favorit di dunia bisnis di tengah epidemi Virus Corona COVID-19.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 25 Apr 2020, 09:03 WIB
Petugas medis memeriksa kondisi pasien kritis virus corona atau COVID-19 di Rumah Sakit Jinyintan, Wuhan, Provinsi Hubei, China, Kamis (13/2/2020). China melaporkan 254 kematian baru dan lonjakan kasus virus corona sebanyak 15.152. (Chinatopix Via AP)

Liputan6.com, Singapura - Miliarder Li Xiting mendapatkan keuntungan hingga setengah triliun berkat produksi ventilantor yang ia jual di tengah pandemi Virus Corona COVID-19. Li Xiting adalah orang terkaya di Singapura.

Berdasarkan laporan South China Morning Post, Sabtu (25/4/2020), kekayaan Li Xiting meroket US$ 4,3 miliar (Rp 66,5 triliun) karena harga saham perusahaannya yang melonjak. Li Xiting adalah co-founder dan chairman Shenzhen Mindray Bio-Medical Electronics.

Perusahaan alat medis yang ia pimpin kebanjiran order peralatan medis, seperti ventilator, imaging devices, dan patient monitor. Ventilator memegang peran penting di pertempuran melawan Virus Corona yang notabene menyerang pernapasan.

"Kami menerima pesanan peralatan medis kami dari sekitar 100 negara untuk melawan epidemi ini," ujar pihak Mindray.

Total kekayaan Li Xiting kini mencapai US$ 13,5 miliar (Rp 209 triliun) atau rata-rata US$ 37,5 juta (Rp 582 miliar) tiap 24 jam selama setahun.

Saham Mindray mulai melonjak sejak pandemi Virus Corona menyebar ke seluruh dunia. Per Kamis kemarin, valuasi pasar Mindray mencapai US$ 46,5 miliar (Rp 719 triliun).

Mindray hanyalah satu dari sejumlah perusahaan perakit ventilator di China. Menteri Industri dan Teknologi Informasi China, Xu Kemin, berkata negaranya bisa memproduksi sekitar 2.200 ventilator invasif tiap minggunya.

Antara 19-29 Maret lalu, China mengekspor 1.700 ventilator invasif ke berbagai negara.

Li Xiting lahir di Anhui, China. Ia belajar fisika dengan spesialiasi cryogenics. Li Xiting sempat masuk ke dunia akademisi dan kerja di perusahaan peralatan medis sebelum mendirikan Mindray pada 1991.

(USD 1 = Rp 15.479)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


200 Ventilator Portabel Buatan Indonesia Diproduksi Awal Mei 2020

Liu Huan (kanan), petugas medis dari Provinsi Jiangsu, memasuki sebuah bangsal ICU Rumah Sakit Pertama Kota Wuhan di Wuhan, Provinsi Hubei, 22 Februari 2020. Tenaga medis dari seluruh China mengerahkan upaya terbaik mereka untuk mengobati para pasien COVID-19 di rumah sakit itu. (Xinhua/Xiao Yijiu)

Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/Kepala BRIN Bambang Brodjonegoro mengatakan pada Mei 2020 ditargetkan sudah memproduksi 200 ventilator portabel untuk penanganan pasien Corona COVID-19 di rumah sakit.

"Jadi harapannya bulan Mei kita sudah bisa paling tidak memproduksi awal 200," kata Menristek Bambang dalam konferensi video, Jakarta, Kamis kemarin. 

Bambang menuturkan pada pekan ini diharapkan uji terakhir terhadap ventilator portabel oleh Badan Pengamanan Fasilitas Kesehatan Kementerian Kesehatan (BFPK Kemkes) sudah selesai.

Hingga saat ini, ada empat ventilator portabel yang sedang diuji oleh BFPK Kemkes untuk uji ketahanan (endurance). Empat ventilator itu masing-masing didesain oleh Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, swasta dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).

BPPT sudah mendapatkan dua mitra industri untuk produksi ventilator portabel itu. Begitu uji ketahanan ventilator selesai di BFPK Kemenkes pada pekan ini, maka bisa segera dilakukan produksi dengan kapasitas 100 unit per pekan per pabrik atau mitra industri.

Kementerian Riset dan Teknologi (Kemristek)/BRIN akan berkoordinasi dengan Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 dan Kementerian Kesehatan untuk penyaluran ventilator portabel tersebut.

Gugus Tugas Percepatan Penanganan Corona dan Kementerian Kesehatan akan menentukan rumah sakit atau fasilitas kesehatan yang mendapatkan ventilator portabel itu.

"Secara umum besarnya kebutuhan, di mana dibutuhkan itu adalah tersentralisasi di gugus tugas dan Kementerian Kesehatan," tutur Bambang seperti dikutip dari Antara.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya