5 Tradisi Unik Selama Bulan Ramadan di Indonesia

Ini 5 tradisi unik selama bulan ramadan di Indonesia

oleh Liputan6.com diperbarui 25 Apr 2020, 21:20 WIB
Ilustrasi Ibadah Ramadhan Credit: pexels.com/Chattrapal

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia memiliki jumlah umat Muslim yang besar, tak hanya itu dengan 17.000 pulau yang ada Indonesia memiliki budaya yang berbeda dengan satu sama yang lain. Ramadan menjadi momen yang tak terlupakan bagi orang-orang di Indonesia, karea bulan suci menjadikan momen kumpul keluarga dan melakukan aktivitas yang seru.

Sayang, Ramadan kali ini terbilang berbeda, karena orang-orang diimbau untuk tidak mudik. Alasanya adalah untuk pencegahan penyebaran virus COVID-19 di Indonesia. Namun hal ini bukan berarti kita hanya duduk diam saja. Ada banyak hal yang bisa kita lakukan di rumah, salah satunya adalah membaca. 

Setidaknya kita dapat mendalami pengerahuan tentang budaya Indonesia selama di rumah saja, apalagi mereka memiliki tradisi yang terbilang unik untuk Ramadhan. Berikut adalah tradisi unik selama Bulan Ramadan yang ada di Indonesia, seperti dirangkum oleh Liputan6.com, Sabtu (25/4/2020).

Simak video pilihan berikut:


Meugang

Warga Aceh berbelanja daging pada perayaan tradisi Meugang Ramadan 1440 Hijriah di pasar tradisional di Banda Aceh, 4 Mei 2019. Meugang merupakan tradisi turun temurun masyarakat Aceh dengan membeli, mengolah, hingga menyantap daging bersama keluarga. (CHAIDEER MAHYUDDIN/AFP)

Dari Liputan6.com, Aceh memiliki tradisi bernama Meugang dimana orang-orang akan memasak dan menikmati makanan berbahan daging sebagai pembuka Bulan Ramadhan. Sepertinya hal ini tidak dapat dilakukan selama pandemi ini, namun setelah pandemi ini selelasi, rakyat pasti menyambut festival ini dengan senang hati. 

Tradisi ini sudah ada sejak kepemimpinan Sultan Iskandar Muda. Saat itu sang Sultan membagikan daging kepada rakyat yang kurang mampu, Pada abad ke 16 dan 17, Aceh memang menjadi kesultanan Islam yang paling besar di daerah Asia Tenggara. 

Hingga saat ini warga Aceh masih memiliki tradisi Meugang dan berlangsung selama dua hari. 


Nyorog

Foto lansekap Ibu Kota dengan latar depan Tugu Monas, Jakarta Pusat, Selasa (14/11). Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memastikan akan mengubah pergub terkait larangan kegiatan keagamaan di Monas. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Di Jakarta ternyata memiliki tradisi yang tak kalah menariknya. Tradisi itu bernama Nyorog. Tradisi ini merupakan acara kumpul-kumpul keluarga dan orang-orang terdekat. Biasanya orang-orang akan saling bertukar makanan atau hadiah, seperti yang dikutip dari Liputan6.com.

Tradisi ini merupakan milik orang-orang Betawi dan dipercayai dapat membuat hubungan keluarga lebih erat. Bamun karena tahun ini kita dihadapkan dengan COVID-19 maka tak banyak orang yang bisa melakukan kunjungan keluarga, karena di rumah saja untuk keamanan bersama.


Dandangan

Ilustrasi/copyrightshuttestock/Ikhsan Prabowo Hadi

Di Kudus, mereka memiliki tradisi memukul bedug atau yang biasa disebut Dandangan, seperti yang dikutip dari Liputan6.com. Tradisi ini biasanya dilakukan selama sepuluh hari sebelum hari pertama Bulan Ramadhan. 

Tradisi Dandangan ini memiliki aktivitas seperti berkumpul di depan masjid untuk menyambut Ramadhan telah menjadi tradisi. Beberapa pedagang juga datang dan menjual makanan tradisional siap saji. Kegiatan seperti pasar berlangsung dari fajar hingga sekitar tengah hari. Orang-orang biasanya akan bergerak ke sisi timur jalan di depan masjid, dan kegiatan berlanjut, berlangsung dari sore hingga subuh keesokan harinya.


Festival Ela-Ela

Bapok di Pasar Barito Bahari Berkesan Ternate. (Liputan6.com/Hairil Hiar)

Selama berabad-abad di malam hari selama Ramadhan, wilayah Ternate menjadi hidup dengan tradisi Islam di mana orang-orang menyambut dan "menangkap" Lailatul Qadar. Tradisi ini disebut ela-ela, seperti yang dikutip dari Liputan6.com.

Pemerintah lokal Ternate telah memasukkan Festival Ela-Ela ke dalam kalender acara di wilayah itu, jadi hari ini ritual untuk menyambut Lailatul Qadar biasanya dimulai dengan doa bersama di Kesultanan Ternate Kedaton. Ini, kemudian, diikuti oleh pembakaran obor, yang dalam bahasa Ternate disebut ela-ela, oleh perwakilan Kesultanan Ternate dan pemerintah kota Ternate. Tradisi ini juga diikuti dengan menggunakan sepuluh batang pisang yang merupakan simbol dari kemajuan kebudayaan dari rakyat, sastra lisan hingga adat istiadat.


Nyekar

Warga berdoa saat berziarah di TPU Karet Pasar Baru Barat, Jakarta, Sabtu (16/6). Ziarah kubur atau "nyekar" pada hari raya lebaran merupakan salah satu tradisi umat muslim untuk mendoakan sanak keluarga yang meninggal dunia. (Liputan6.com/Arya Manggala)

Ternyata orang di luar negeri sangat menilai budaya mengunjungi makam di Indonesia atau Nyekar merupakan tradisi yang unik. Dikutip dari SEAsia.com, tradisi ini dilakukan sebelum Ramadhan untuk menghormati para leluhur sebelumnya, mereka akan berkunjung ke makam menghiasi bunga dan berdoa. 

Tradisi Nyekar ini sangat populer di pulau Jawa, dalam tradisi Nyekar umat Muslim akab berdoa untuk beberapa hal, seperti kesehatan dan nasib baik untuk mereka dan keluarga. Di beberapa tempat lain di Jawa, umat Muslim akan mengunjungi makan keraton. 

Di daerah pedesaan, orang Jawa juga membuat persembahan makanan untuk Allah dan leluhur mereka  ketika mengunjungi makam kerabat untuk ritual yang disebut nyandran. Para perempuan akan menyeimbangkan keranjang makanan di kepala mereka, melakukan perjalanan ke kuburan dengan berjalan kaki untuk membuat persembahan mereka, seringkali harus berjalan beberapa kilometer. Orang-orang yang lebih kaya biasanya menawarkan kue-kue kecil dan buah-buahan, sedangkan yang kurang mampu akan menawarkan apa pun yang mereka bisa beli. 

 

Reporter: Yohana Belinda

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya