Liputan6.com, Jakarta Ketua Persatuan Angkutan Wisata Bali (Pawiba), Nyoman Sudiarta, menuntut sejumlah insentif dari pemerintah untuk kelangsungan industri transportasi yang saat ini terkena dampak dari Corona Covid-19. Seperti diketahui, tingkat keterisian bus pariwisata di Bali mendekati 0 persen sejak adanya virus Corona.
"Jadi mulai Februari, Maret, April sudah 100 persen tidak beroperasi di Bali khusus di bus pariwsata," kata dia dalam diskusi virtual di Jakarta, Minggu (26/4/2020).
Advertisement
Akibat kondisi ini, sebanyak 1.200 bus pariwisata berhenti beroperasi total. Dampaknya pun merembet kepada 2.000 orang kru dan 300-500 pegawai terpaksa dirumahkan, dan balik ke kampung halamannya.
"Harapan kami dengan semuanya di sini diberikan kebijaksanaan, keberlangsungan bisnis transportasi ini, relaksasi stimulus kepada pemerintah. Karena kami di Denpasar Bali belum mendapatkan stimulus," terang dia.
Adapun sejumlah insentif yang diharapkan dan disepakati beberapa perusahaan bus yang tergabung dalam Persatuan Angkutan Wisata Bali adalah terkait dengan penundaan pembayaran angsuran pajak selama 6 bulan. Kemudian juga penghapusan Pajak Penghasilan (PPh) 21 dan 25.
"Kemudian kegiatan BPJS di luar pungutan upah diberikan relaksasi juga, karena saya tidak beroperasi KIR, samsat, Jasa Raharja dari pemerintah relaksasi yang ada di Bali ini," kata dia.
Reporter: Dwi Aditya Putra
Sumber: Merdeka.com
Gara-Gara Corona, Industri Pariwisata Bali Anjlok 93 Persen
Sebelumnya, pandemi Corona memukul keras pertahanan industri pariwisata Indonesia. Bali menjadi salah satu destinasi terdepan yang terhantam pukulan tersebut.
Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati menyatakan, Bali sedang sangat terpuruk dimana seluruh pelayanan oversupply karena tidak ada wisatawan.
"Covid-19 ini, seluruh provinsi mungkin yang paling terdampak 90 persen di pariwisata. Sekarang kita oversupply, kondisi Bali sangat terpuruk," ujar pria yang akrab disapa Cok Ace tersebut via diskusi daring, Jumat (24/4/2020).
Dan ternyata, data Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Bali mencatat potensi kerugian sektor pariwisata di Bali dari leisure dan mice mencapai USD 9 miliar atau sekitar Rp 140 triliun (kurs Rp 15.639).
"Jadi bisa dilihat potensi lost leisure dan mice ini mencapai USD 9 miliar, dan yang paling besar itu China dan Australia mereka bisa per hari datang 9.000 hingga 10.000 wisman per hari," kata Ketua DPD GIPI Bali Agung Artha.
Agung menambahkan, secara keseluruhan, pariwisata di Bali anjlok hingga 93,24 persen. Jika dirinci, per Januari 2020 pariwisata Bali naik 11 persen year-on-year (yoy) dari 346.113 wisatawan menjadi 384.343 wisatawan.
Advertisement