Liputan6.com, Garut - Pandemi Covid-19 membuat Pengelola Taman Satwa Cikembulan di Kabupaten Garut, Jawa Barat, mulai kelimpungan memenuhi kebutuhan pakan hewan. Pasalnya pengelola tak dapat pemasukan lantaran taman satwa ditutup selama pandemi. Mereka hanya mengharapkan ada bantuan dari pemerintah.
"Bila kasus Covid-19 ini masih lama, kami benar-benar menyerah dan tidak sanggup bertahan lagi mengelola satwa negara, prediksi kami hanya dapat bertahan sampai bulan Juni 2020," kata Manager Operasional Lembaga Konservasi Taman Satwa Cikembulan, Rudy Arifin, Minggu (26/4/2020).
Advertisement
Ia menuturkan, Taman Satwa Cikembulan di Kecamatan Kadungora, Kabupaten Garut seringkali banyak dikunjungi wisatawan, namun akhirnya ditutup bagi pengunjung sejak munculnya wabah Covid-19 awal Maret 2020.
Akibat penutupan itu, kata Rudy, tentu tidak ada pendapatan bagi pengelola untuk menambah biaya perawatan dan memenuhi kebutuhan pakan satwa setiap harinya, sementara tabungan yang tersedia tidak cukup banyak.
"Kami sudah sejak awal Maret tidak menerima pengunjung lagi, kami hanya mengandalkan tabungan yang ada, itu pun tidak banyak," kata Rudy.
Ia menyampaikan, kawasan konservasi Taman Satwa Cikembulan memiliki luas sekitar 5 hektare dengan jumlah koleksi satwa sebanyak 435 ekor, satwa itu termasuk dalam jenis mamalia, aves dan reptil dengan biaya yang harus dikeluarkan setiap bulan mencapai Rp220 juta.
Jenis satwa yang membutuhkan banyak dana untuk penyediaan pakan, kata Rudy, di antaranya macan tutul dengan jumlah lima ekor, harimau sumatera satu ekor, beruang madu satu ekor, dan singa afrika delapan ekor.
"Untuk makan macan tutul saja manajemen harus menagmbil kocek dalam-dalam sebesar Rp20 juta per bulan karena harus membeli pakan berupa daging untuk makan mereka," katanya.
Menurut dia, jika wabah Covid-19 terus berlangsung lama maka dipastikan banyak satwa di Taman Satwa Cikembulan terbengkalai pakannya.
Namun kondisi itu, kata dia, dapat teratasi apabila ada bantuan dan pihak lain untuk membantu memenuhi kebutuhan pakan satwa tersebut.
"Kami berharap ada perhatian dari pemerintah, karena satwa dilindungi yang ada di kami adalah milik pemerintah," kata Rudy.
Rudy mengungkapkan, selain berdampak pada kebutuhan pakan satwa, wabah Covid-19 ini menyebabkan jumlah karyawan harus dipangkas untuk mengurangi beban biaya operasional.
Karyawan yang sebelumnya sebanyak 30 orang, kaya Rudy, saat ini hanya mampu mempekerjakan 15 orang untuk menjaga keberlangsungan hidup satwa.
"Dalam kondisi seperti ini benar-benar membuat kami berpikir dan bekerja keras untuk bertahan, padahal selama situasi normal kami tidak pernah mengeluh mengenai biaya operasional untuk satwa," kata Rudy.
**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.