Liputan6.com, Jakarta Rumah sakit New York tengah melakukan percobaan klinis untuk menguji obat gangguan sistem pencernaan (heartburn) yang dikombinasikan dengan hydroxychloroquine pada pasien COVID-19.
Lebih dari 150 orang mengambil bagian dalam penelitian ini. Penelitian dilakukan oleh Institut Penelitian Medis Feinstein, cabang penelitian Northwell Health, menurut juru bicara rumah sakit, dilansir New York Post.
Advertisement
Para peneliti sedang berusaha mencari tahu apakah famotidine, senyawa aktif dalam obat gangguan pencernaan (heartburn) dapat berfungsi sebagai penghambat COVID-19.
Pasien dalam penelitian ini diberikan obat sakit maag secara intravena bersama dengan hydroxychloroquine di Rumah Sakit North Shore University Northwell, Long Island Jewish Medical Center dan Lenox Hill Hospital, kata David Battinelli, wakil presiden dan kepala petugas medis Northwell.
Simak Video Berikut Ini:
Studi Pertama
Para peneliti pada awalnya ingin menguji famotidine sendiri, tetapi banyaknya pasien yang sekarang dirawat dengan hydroxychloroquine, membuat mereka tidak memiliki cukup subjek tes.
Mereka yang menggunakan kombinasi akan dibandingkan dengan kelompok yang hanya mengambil anti-malaria dan kelompok kontrol.
Hydroxychloroquine telah disebut-sebut sebagai pengobatan yang menjanjikan oleh Presiden Trump dan beberapa dokter dan pasien, meskipun hasil awal dari beberapa studi lokal tidak menemukan manfaat.
Obat gangguan pencernaan menunjukkan harapan, kata Battinelli, ia berharap untuk merekrut hingga 1.250 pasien untuk uji coba.
"Ini adalah studi terkait COVID-19 pertama yang diketahui menggunakan obat itu," ujar Battinelli.
Lima uji klinis lain yang menguji potensi perawatan COVID-19 juga sedang berlangsung di Northwell. Namun, masih belum jelas kapan hasilnya akan tersedia.
Advertisement