Menanti Ujung Akhir Pandemi Covid-19

Tren corona terus naik sejak diumumkan Presiden Jokowi awal Maret 2020 lalu. Terbaru, Senin (27/4/2020), total kasus corona di Indonesia telah mencapai..

oleh Yusron FahmiLizsa Egeham diperbarui 28 Apr 2020, 00:02 WIB
Ilustraasi foto Liputan6

Liputan6.com, Jakarta - Sejak diumumkan ada WNI positif corona atau (Covid-19) oleh presiden Jokowi pada 2 Maret 2020, tren positif corona di Indonesia terus meningkat. 

Meski demikian optimisme mulai muncul seiring semakin masifnya upaya pencegahan yang dilakukan oleh pemerintah bersama masyarakat. Upaya penghentian penyebaran corona diprediksi akan segera menuai hasil. 

Ketua Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Doni Monardo menyatakan, pemerintah menargetkan masyarakat Indonesia  bisa kembali hidup normal pada Juli 2020. Namun, pihaknya meminta masyarakat disiplin mengikuti aturan yang dibuat pemerintah terkait penanganan virus corona (Covid-19).

"Presiden meminta kita semua untuk bisa bekerja lebih keras lagi dan mengajak masyarakat untuk lebih patuh, disiplin, dan aparat supaya lebih tegas, agar pada Juni mendatang kita mampu menurunkan kasus Covid di Indonesia," ujar Doni dalam video conference usai rapat bersama Presiden Jokowi, Senin (27/4/2020).

"Sehingga pada Juli diharapkan kita sudah bisa mulai mengawali hidup normal kembali," sambungnya.

Dalam rapat itu, Jokowi meminta agar seluruh kementerian dan lembaga terkait serta pemerintah daerah terus menyampaikan upaya pencegahan penyebaran virus corona. Hal itu harus disampaikan dengan bahasa yang mudah dimengerti.

"Imbauan senantiasi disampaikan dengan bahas yang mudah dimengerti oleh masyarakat. Bahkan perlu gunakan bahasa daerah," ucap Doni.

Selain itu, masyarakat juga diminta meningatkan kesadaran untuk menjaga jarak demi mencegah penyebaran corona. Apabila ada seseorang yang mendekatkan diri, masyarakat harus berusaha menghindari orang tersebut.

"Termasuk keberanian untuk mengingatkan satu sama lainnya agar tidak ada kerumunan pada tempat tertentu," tutur Doni.

Singapore University of Technology and Design (SUTD) merilis prediksi data kapan Virus Corona akan berakhir. Khusus Indonesia, epidemi ini diperkirakan selesai 99 persen pada akhir Juni mendatang.

Prediksi SUTD di rilis melalui situs SUTD Data-Driven Innovation dan menunjukan grafik-grafik dari tiap negara dan prediksi berakhirnya pandemi Corona di negara tersebut. Data yang dipakai berasal dari Our World in Data milik peneliti Universitas Oxford.

Grafik Indonesia menunjukan pandemi Virus Corona jenis baru akan selesai 97 persen pada 6 Juni 2020, lalu berakhir 99 persen pada 23 Juni 2020. Jika dibandingkan, berakhirnya pandemi corona di Indonesia relatif telat ketimbang negara-negara lain.

Sebelumnya, presiden Jokowi meyakini, wabah Covid-19 akan berakhir setidaknya sampai akhir tahun ini.

"Saya meyakini ini hanya sampai pada akhir tahun," ujar Jokowi saat memimpin rapat terbatas melalui video conference, Kamis, 16 April 2020.

Menurut Jokowi, banyak sektor industri yang terimbas wabah corona ini. Salah satu yang paling terasa yaitu industri pariwisata. Dia pun meyakini, industi pariwisata yang kini melesu akibat pandemi Corona akan berkembang pesat. Pasalnya, masyarakat selama masa pandemi beraktivitas di dalam rumah akan pergi berwisata setelah Corona selesai.

"Semua orang pengen keluar, semua orang pengen menikmati kembali keindahan-keindahan yang ada di wilayah-wilayah yang ada pariwisatanya," jelas Jokowi.

Untuk itu, dia meminta agar semua pihak optimistis virus Corona segera selesai. Jokowi ingin para menterinya memanfaatkan momentum setelah Corona untuk mengembangkan industri pariwisata.

 "Optimisme itu yang harus terus diangkat. Sehingga booming yang akan muncul setelah Covid ini selesai itu tidak bisa kita manfaatkan secara baik," tutur dia.

Mantan Gubernur DKI Jakarta itu meminta agar menteri terkait menyiapkan stimulus ekonomi bagi para pelaku usaha di sektor pariwisata. Hal ini sebagai langkah antisipasi agar tidak terjadi aksi pemutusan hubungan kerja (PHK)

"Penyiapan stimulus ekonomi bagi para pelaku usaha di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif ini harus betul-betul dilakukan agar mereka bisa bertahan dan tidak melakukan PHK secara besar-besara," kata Joklowi.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Pelambatan Kasus di DKI

Petugas melewati layar pemantau yang menunjukan penyebaran virus corona (COVID-19) di Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Senin (9/3/2020). Dari 3.580 orang yang menghubungi Posko COVID-19 DKI Jakarta, ada 64 kasus kategori Orang Dalam Pantauan dan 56 Pasien Dalam Pengawasan. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Kepala Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo menyebut kasus positif virus corona di DKI Jakarta mengalami perlambatan yang pesat dari waktu ke waktu. Doni pun berharap kasus positif corona di DKI dan daerah lainnya terus menurun.

"Kami jelaskan, khusus DKI Jakarta perkembangan terakhir kasus positif telah alami perlambatan yang pesat. Dan saat ini telah mengalami flat dan kita doakan semoga tidak terlalu banyak kasus positif yang terjadi," kata Doni, Senin (27/4/2020).

Menurut dia, perlambatan kasus corona di DKI dikarenakan penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Penerapan PSBB di DKI Jakarta yang dimulai 10 April ini disebut dapat menekan angka penyebaran virus corona.

"Ini diakibatkan karena PSBB yang telah berjalan dengan baik. Bapak Gubernur DKI telah laporkan presiden tentang hasil yang dicapai selama pelaksanaan PSBB," jelasnya.

Doni Monardo mengatakan wabah virus corona merupakan peristiwa alam yang terjadi setiap 100 tahun. Untuk itu, dia menilai wabah tersebut tidak bisa dianggap sepele dan enteng.

"Wabah ini adalah peristiwa alam yang telah terjadi berulang kali ratusan tahun yang lalu," katanya.

"Alam adalah dalam proses melakukan sebuah kegiatan yang memang kalau dilihat dari siklusnya, adalah 100 tahun," sambung dia.

Hal itulah yang membuat pemerintah menetapkan wabah virus corona tersebut sebagai bencana nasional non-alam. Menurut Doni, wabah kolera juga pernah terjadi di Spanyol dan beberapa negara lainnya.

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) itu menuturkan bahwa pemerintah bertanggung jawan melindungi warga negaranya dari bahaya virus corona. Namun, Doni menyatakan bahwa dalam memutus mata rantai virus ini, perlu adanya kerja sama antara pemerintah dan masyarakat.

"Tidak mungkin pemerintah saja yang bekerja keras dan berusaha tanpa didukung segenap komponen masyarakat lainnya," tutur Doni.


Update Korban Covid-19

Juru Bicara Penanganan COVID-19 di Indonesia, Achmad Yurianto saat konferensi pers secara Live di Graha BNPB, Jakarta, Rabu (1/4/2020). (Dok Badan Nasional Penanggulangan Bencana/BNPB)

Peningkatan kasus corona kembali terjadi pada Senin (27/4/2020). Juru Bicara Pemerintah untuk Covid-19 Achmad Yurianto menyatakan, ada penambahan 214 kasus positif., sehingga totalnya mencapai angka 9.096 kasus.

"Penambahan kasus positif menjadi 9.096 kasus," kata Yuri di kantor BNPB, Senin.

Untuk penambahan pasien yang sembuh tercatat sebanyak 44 orang, sehingga total pasien sembuh adalah 1.151 orang. 

Data pasien meninggal bertambah sebanyak 22 kasus. Saat ini totalnya, mencapai 765 orang.

"Pasien meninggal (akibat Covid-19) menjadi 765," kata Yurianto.

Selain itu, tercatat ada 210.199 ODP dan 19.987 orang pasien dalam pemantauan (PDP).

Adapun sebaran secara rinci adalah sebagai berikut:

Pasien Positif

1. Aceh 9 orang

2. Bali 194 orang

3. Banten 382 orang

4. Bangka Belitung 10 orang

5. Bengkulu 8 orang

6. Daerah Istimewa Yogyakarta 83 orang

7. DKI Jakarta 3.869 orang

8. Jambi 32 orang

9. Jawa Barat 951 orang

10. Jawa Tengah 666 orang

11. Jawa Timur 796 orang

12. Kalimantan Barat 51 orang

13. Kalimantan Timur 107 orang

14. Kalimantan Tengah 112 orang

15. Kalimantan Selatan 150 orang

16. Kalimantan Utara 90 orang

17. Kepulauan Riau 86 orang

18. Nusa Tenggara Barat 206 orang

19. Sumatera Selatan 129 orang

20. Sumatera Barat 121 orang

21. Sulawesi Utara 40 orang

22. Sumatera Utara 111 orang

23. Sulawesi Tenggara 45 orang

24. Sulawesi Selatan 440 orang

25. Sulawesi Tengah 36 orang

26. Lampung 42 orang

27. Riau 39 orang

28. Maluku Utara 26 orang

29. Maluku 22 orang

30. Papua Barat 16 orang

31. Papua 151 orang

32. Sulawesi Barat 35 orang

33. Nusa Tenggara Timur 1 orang

34. Gorontalo 14 orang

Pasien Sembuh

1. Aceh 4 orang

2. Bali 81 orang

3. Banten 33 orang

4. Bangka Belitung 2 orang

5. Bengkulu 1 orang

6. Daerah Istimewa Yogyakarta 37 orang

7. DKI Jakarta 337 orang

8. Jambi 1 orang

9. Jawa Barat 96 orang

10. Jawa Tengah 88 orang

11. Jawa Timur 140 orang

12. Kalimantan Barat 7 orang

13. Kalimantan Timur 12 orang

14. Kalimantan Tengah 10 orang

15. Kalimantan Selatan 10 orang

16. Kalimantan Utara 2 orang

17. Kepulauan Riau 9 orang

18. Nusa Tenggara Barat 22 orang

19. Sumatera Selatan 18 orang

20. Sumatera Barat 23 orang

21. Sulawesi Utara 11 orang

22. Sumatera Utara 21 orang

23. Sulawesi Tenggara 6 orang

24. Sulawesi Selatan 106 orang

25. Sulawesi Tengah 3 orang

26. Lampung 10 orang27. Riau 14 orang

27. Maluku Utara 2 orang

28. Maluku 11 orang

29. Papua 32 orang

30. Sulawesi Barat 1 orang

31. Nusa Tenggara Timur 1 orang

Meninggal Dunia

1. Aceh 1 orang

2. Bali 4 orang

3. Banten 40 orang

4. Bangka Belitung 1 orang

5. Bengkulu 1 orang

6. Daerah Istimewa Yogyakarta 7 orang

7. DKI Jakarta 367 orang

8. Jawa Barat 78 orang

9. Jawa Tengah 58 orang

10. Jawa Timur 88 orang

11. Kalimantan Barat 3 orang

12. Kalimantan Timur 1 orang

13. Kalimantan Tengah 5 orang

14. Kalimantan Selatan 6 orang

15. Kalimantan Utara 1 orang

16. Kepulauan Riau 8 orang

17. Nusa Tenggara Barat 4 orang

18. Sumatera Selatan 3 orang

19. Sumatera Barat 14 orang

20. Sulawesi Utara 3 orang

21. Sumatera Utara 12 orang

22. Sulawesi Tenggara 3 orang

23. Sulawesi Selatan 37 orang

24. Sulawesi Tengah 3 orang

25. Lampung 5 orang

26. Riau 4 orang

27. Papua Barat 1 orang

28. Papua 6 orang

29. Sulawesi Barat 1 orang

30. Gorontalo 1 orang

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya