Liputan6.com, Jakarta - Inggris menyiapkan dana riset di Indonesia untuk mempelajari dampak Virus Corona (COVID-19). Dana dianggarkan melalui Newton Fund Institutional Links 2020- KLN yang merupakan kemitraan bersama Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemenristek/BRIN).
Tahun ini, Newton Fund Institutional Links - KLN akan mendanai ilmuwan-ilmuwan terbaik Inggris dan Indonesia untuk menghasilkan proyek riset terbaik dalam menangani tantangan terkait pandemi, upaya pemulihan pasca COVID-19, serta persiapan untuk menghadapi pandemi lainnya di masa depan.
Riset yang dicari mencakup sektor-sektor energi, kesehatan, transportasi, maritim, humaniora-sosial, seni dan pendidikan, serta riset lintas sektor.
Baca Juga
Advertisement
Melalui Newton Fund, Department of Business, Energy and Industrial Strategy (BEIS) Pemerintah Inggris, menyediakan dana hibah hingga 400,000 poundsterling (sekitar Rp 7,8 miliar) dan Kemenristek/BRIN turut menyediakan pendanaan hingga Rp 6,4 miliar untuk lima kolaborasi riset terpilih terkait dampak Virus Corona.
“Newton Fund Institutional Links-KLN adalah salah satu contoh terbaik dari sinergi dan persahabatan antara Inggris dan Indonesia dalam menangani tantangan global. Covid-19 adalah krisis kesehatan yang mendesak dan belum pernah terjadi sebelumnya yang tidak dapat diperkirakan ataupun memiliki batasan geografis," ujar Duta Besar Inggris untuk Indonesia Owen Jenkins dalam pernyataan resmi, Senin (27/4/2020).
Selain itu, pekan lalu diluncurkan pula skema dana untuk mendukung para peneliti, yakni Newton Fund Indonesia Impact Scheme (NFIIS). Program itu adalah kemitraan British Council, Department of Business, Energy and Industrial Strategy (BEIS) Pemerintah Inggris, Kemenristek/BRIN, Dana Ilmu Pengetahuan Indonesia (DIPI) dan LPDP.
Periode pengiriman proposal dibuka hingga 15 Juni 2020. NFIIS menyediakan dana hibah untuk para peneliti yang telah memperoleh dana Newton Fund dan dana dari Kemenristek/BRIN dan DIPI-LPDP dengan tujuan untuk mengoptimalisasi dampak dari kegiatan Newton Fund.
Pendanaan hingga 1 juta poundsterling dari Pemerintah Inggris dan Rp 20 miliar dari pemerintah Indonesia akan dihibahkan untuk proposal-proposal yang mampu menunjukkan kemampuan yang kuat dalam memberi impact.
“Kami berkomitmen untuk terus memberikan peluang di bidang pendidikan dan riset, serta membangun hubungan antara ilmuwan di Indonesia dan Inggris untuk mengatasi tantangan pembangunan seperti krisis iklim, akses ke layanan kesehatan yang terjangkau, ketahanan pangan dan energi,” ujar Colm Downes, Direktur Bahasa Inggris, Pendidikan dan Masyarakat, British Council Indonesia.
Saat ini Inggris sedang berusaha menjadi yang terdepan dalam mencari vaksin Virus Corona. Pemerintah Inggris memberikan dana kepada Universitas Oxford dan Imperial College London dalam mendapatkan vaksin dari virus baru ini.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Inggris Kucurkan Rp 4 Triliun untuk Lawan Corona COVID-19 di Seluruh Dunia
Departemen Pembangunan Internasional Inggris (DFID) mengumumkan paket bantuan senilai 200 juta Poundsterling (Rp 4 triliun) yang akan disalurkan melalui badan-badan amal Inggris serta organisasi internasional untuk membantu mengurangi penyebaran infeksi Virus Corona COVID-19 di negara-negara yang membutuhkan.
Bantuan diberikan karena lemahnya sistem kesehatan di negara berkembang merupakan salah satu risiko terbesar dalam penyebaran Virus Corona jenis baru. Inggris ingin mencegahnya karena khawatir ada efek berantai dan mengakibatkan gelombang kedua di Inggris, demikian rilis resmi pemerintah Inggris.
Sekitar 130 juta Poundsterling akan diberikan untuk badan-badan di PBB, termasuk 65 juta poundsterling (Rp 1,3 triliun) disalurkan ke World Health Organization yang mengkoordinasikan upaya-upaya internasional guna mengakhiri epidemi Virus Corona secepatnya.
Bantuan Rp 4 triliun tersebut menjadikan Inggris sebagai salah satu donor terbesar dalam perang melawan COVID-19 dengan total jumlah bantuan dari Inggris sekitar 744 juta Poundsterling (setara Rp 15 triliun).
Dua negara yang disorot pemerintah Inggris adalah Yaman yang 80 persen warga negaranya membutuhkan bantuan kemanusiaan dan hanya 50 persen fasilitas kesehatan yang berfungsi.
Bangladesh turut mendapat perhatian karena ada 850 ribu pengungsi Rohingya di negara itu. Kebanyakan pengungsi berada di tempat yang ramai dan kemahnya terkendala masalah sanitasi.
Negara berkembang juga akan mendapat alokasi bantuan untuk mempercepat identifikasi dan perawatan demi mencegah penularan Virus Corona antar manusia. Membantu negara berkembang disebut penting agar tak ada gelombang virus kedua.
"Sementara dokter dan perawat brilian kita melawan Virus Corona di rumah, kita mengirim pakar dan pendanaan Inggris ke seluruh dunia untuk mencegah gelombang mematikan kedua dari mencapai Inggris," ujar Menteri Pembangunan Internasional Anne-Marie Trevelyan.
"Bantuan baru dari Inggris ini akan membantu menghentikan virus ini dari menginfeksi jutaan masyarakat di negara-negara termiskin, artinya kita bisa mengakhiri pandemi global ini dengan lebih cepat dan mencegah datangnya gelombang di masa yang akan datang masuk ke Inggris," ujarnya.
Advertisement