Pemerintah Pastikan Paket Pelatihan Kartu Prakerja Sesuai Kebutuhan Industri

Pelatihan yang ada di program Kartu Prakerja disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dan industri.

oleh Liputan6.com diperbarui 28 Apr 2020, 17:40 WIB
Siswa Penyandang disabilitas mengikuti pelatihan menjahit. Setiap semesternya BBRVBD menampung lebih dari seratus penyandang disabilitas dengan beragam pelatihan seperti menjahit, call centre, desain grafis, otomotif, komputer, elektronika, dan pengerjaan logam. (merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta - Asisten Deputi Ketenagakerjaan, Kemenko Bidang Perekonomian, Yulius mengatakan program pelatihan Kartu Prakerja berbeda dengan jenis pelatihan yang ada di media sosial. Dalam program ini paket pelatihan sudah melewati tahap penilaian dan evaluasi dari lembaga penyelenggara pelatihan.

"Pelatihan yang ada di program kartu prakerja itu sudah dinilai dan evaluasi oleh lembaga pelatihan yang bersangkutan," kata Yulius dalam Webinar Kemenko Bidang Perekonomian bertajuk 'Makin Inklusif dengan Kartu Prakerja' di akun YouTube Dewan Nasional Keuangan Inklusif, Jakarta, Selasa (28/4).

Selain itu, pelatihan yang ada di program Kartu Prakerja disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dan industri. Pelatihan pada program ini pun dibuat dengan berbagai tingkatan. Mulai dari jenis pelatihan low skill sampai high skill.

"Karena masyarakat juga kan menyebar, ada yang ingin belajar komputer sains, ada juga yang ingin belajar bahasa coding," kata dia.

Sehingga masyarakat bisa memilih sendiri jenis pelatihan yang diinginkan sesuai dengan kebutuhannya. Terpenting kata Yulius, berbagai jenis pelatihan ini sudah diteliti dan dipilih secara bersama dengan tim PMO Kartu Prakerja.

Inilah yang membedakan pelatihan di program Kartu Prakerja dan pelatihan di media sosial yang bersifat cuma-cuma. Pelatihan yang ada di media sosial disebut Yulius bisa diunggah oleh siapa saja tanpa standarisasi.

"Jadi beda dengan yang ada di YouTube itu, di sana semua orang bisa berbagi jenis pelatihan tanpa seleksi," kata dia.

 


Pelatihan Gunakan Bahasa Inggris

Pekerja mitra UKM pilot sedang mengikuti program pelatihan dan pendampingan basic mentality dan 5 R oleh instruktur YDBA di Solo, Jawa Tengah, Selasa (10/9/2019). Pada tahap awal program sektor unggulan tersebut melibatkan 7 UKM di bidang manufaktur. (Liputan6.com/HO/Eko)

Belum lagi ada pelatihan dari lembaga internasional yang pakai bahasa inggris. Sebab tidak semua masyarakat Indonesia bisa berbahasa Inggris.

Kalau saja ada yang bisa berbahasa asing, belum tentu itu diminati banyak masyarakat Indonesia. Untuk itu dia memberikan kebebasan bagi masyarakat untuk memilih sumber peningkatan kapasitas pelatihan.

"Nah silakan masyarakat mau yang di YouTube atau yang ada di program Kartu Prakerja," kata dia mengakhiri.

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya