Menilik Asal Usul Rusa di Kota Merauke

Tahun 1928, Kolonial Belanda pertama kali mendatangkan rusa ke Merauke.

oleh Katharina Janur diperbarui 29 Apr 2020, 10:34 WIB
Kawanan rusa jenis fallow (Dama dama) mencari rumput di depan halaman perumahan di Harold Hill, London, 4 April 2020. Rusa yang diyakini berasal dari Taman Dagnam itu kini berada di dekat area perumahan yang sepi saat Inggris memberlakukan lockdwon selama pandemic corona Covid-19. (Ben STANSALL/AFP)

Liputan6.com, Jayapura - Kabupaten Merauke sering disebut dengan Kota Rusa. Anehnya, rusa bukan merupakan hewan endemik di kabupaten paling timur Indonesia itu.

Rusa yang berada di Merauke merupakan rusa tropik Indonesia, cervus timorensis, rusa yang biasa hidup di Pulau Jawa, Bali dan Timor.

Sementara herbivora endemik Papua bercirikan memiliki kantung yakni sejenis kanguru atau dalam bahasa suku marind, suku asli Merauke biasa disebut saham.

Hari Suroto, peneliti Balai Arkeologi Papua menyebutkan pada tahun 1928, kolonial Belanda pertama kali mendatangkan rusa ke Merauke.

Pada waktu itu rusa dijadikan sebagai hewan peliharaan karena dianggap sebagai hewan eksotik. Jaman itu, rusa di Merauke hanya bisa dijumpai di halaman rumah guru dan pegawai Belanda. 

Dalam perkembangannya, rusa  berkembang biak dengan cepat. Oleh Belanda, rusa dilepas di savana sekitar Kota Merauke. Rusa ini pun mampu beradaptasi dengan baik di lingkungan savana.

Tingginya populasi rusa, akhirnya Belanda memperbolehkan rusa untuk diburu secara terbatas. Perburuan rusa hanya diperbolehkan satu tahun sekali, yaitu pada bulan Desember menjelang perayaan Natal.

"Kala itu, rusa di Merauke, Papua hanya boleh diburu adalah rusa yang tua dan tidak produktif," kata Hari, Selasa (28/4/2020).

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


Kuliner Daging Rusa

Dendeng Balado

Pada akhirnya, berawal dari Merauke, rusa kemudian berkembang secara luas ke seluruh wilayah Papua, terutama savana dan hutan yang pohonnya tidak terlalu rapat.

Perkembangan rusa yang cepat  didukung oleh tidak adanya karnivora besar seperti harimau sebagai pemangsa. Satu-satunya karnivora di Papua hanyalah quoll, itupun hanya sebesar tikus rumah saja.

Selain ke Merauke, kolonial Belanda juga mengirimkan rusa ke Papua Nugini pada 1900, ke Australia tahun 1868 hingga 1912, dan Selandia Baru pada 1907. 

"Rusa pun dapat dipelihara seperti kambing dan sapi. Sampai saat ini berburu rusa di alam liar masih dilakukan. Harusnya, perburuan rusa dihentikan dan diperlukan budidaya ternak rusa, salah satu untuk pengembangan usaha,” jelas Hari.

Populasi rusa yang mumpuni di Merauke membuat banyak kuliner berbahan dasar daging rusa mudah dijumpai di kota yang dikenal dengan topografinya yang datar. Sebut saja mulai dari bakso rusa, abon rusa, sate rusa hingga dendeng rusa. 

Makanya, tidak pas rasanya jika ke Merauke tak membawa oleh-oleh dendeng daging rusa, panganan lokal khas Merauke. Dendeng rusa Merauke biasa dijual dengan rasa manis dan asin. Dendeng daging rusa dijual per kilo dengan harga Rp100 ribuan.

Rasa dendeng rusa Merauke sangat khas, karena diolah dengan cara tradisional dengan berbagai bumbu dan rempahan asli Indonesia.

Dendeng Rusa Merauke sangat popular. Banyaknya daging rusa di Merauke melebihi produksi daging sapi di kota itu. Banyaknya daging rusa di pasaran Merauke biasa didapat dari hasil buruan masyarakat setempat.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya