Liputan6.com, Wuhan - Para ilmuwan China melakukan sebuah analisis aerodinamik terhadap aerosol yang sarat Virus Corona COVID-19. Mereka kemudian mengonfirmasi bahwa virus tersebut berpotensi ditularkan melalui aerosol, partikel kecil atau percikan yang tergantung di udara.
Menurut laporan Xinhua, Rabu (29/4/2020), studi ini dipimpin oleh Universitas Wuhan yang berbasis di Wuhan, kota yang sempat menjadi pusat penyebaran wabah COVID-19 di Provinsi Hubei, China tengah.
Advertisement
Studi tersebut menyelidiki sifat aerodinamik yang dimiliki oleh Virus Corona COVID-19 dengan mengukur tingkat virus RNA dalam aerosol di beberapa area yang ada di kota tersebut, selama merebaknya wabah COVID-19 pada Februari dan Maret.
Sampel-sampel aerosol itu dikumpulkan dari Rumah Sakit Renmin Universitas Wuhan, rumah sakit darurat di Distrik Wuchang, serta sejumlah area permukiman dan pusat perbelanjaan.
Saksikan juga Video Berikut Ini:
Potensi Penularan Via Aerosol Besar
Lan Ke, Direktur Laboratorium Utama Virologi China di Universitas Wuhan sekaligus anggota utama tim peneliti itu, mengungkapkan bahwa konsentrasi Virus Corona COVID-19 dalam aerosol yang terdeteksi di bangsal-bangsal isolasi dan ruang pasien berventilasi sangatlah rendah. Sementara jumlahnya meningkat di area toilet untuk pasien.
Untuk sebagian besar area publik yang dikarantina ketat, tingkat konsentrasi aerosol yang mengandung virus tidak terdeteksi, lanjut Lan.
Tim itu juga menemukan bahwa aerosol yang dipenuhi oleh virus turun ke permukaan tanah atau pakaian manusia sebelum terbawa oleh manusia dan kembali melayang di udara.
Karena terbatasnya pemahaman mengenai penularan virus melalui aerosol, banyak orang sering kali menganggapnya sebagai "cara penularan melalui udara yang tidak dapat dicegah," yang membuat mereka cemas dan bingung, tutur Lan.
Hasil studi itu mengindikasikan bahwa ventilasi kamar, ruang terbuka, sanitasi alat pelindung diri (APD), dan penggunaan disinfektan yang tepat di area-area toilet dapat membatasi secara efektif konsentrasi coronavirusbaru dalam aerosol, paparnya.
Temuan tim ilmuwan tersebut dipublikasikan di situs jurnal Nature pada Senin 27 April.
Advertisement