Liputan6.com, Jakarta: Mantan Presiden Abdurrahman Wahid menyebut Ketua Majelis Mujahidin Indonesia Abu Bakar Ba`asyir, Ketua Umum Front Pembela Islam Habib Riziq Shihab, dan Ja`far Umar Thalib sebagai teroris domestik. Bahkan, Gus Dur mengaku memiliki bukti keterlibatan mereka. Misalnya, mereka selalu membawa senjata jika bepergian. "Itu kan dilarang undang-undang. Terus menakut-nakuti orang. Apa itu bukan teroris," kata mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama itu seusai bertemu dengan Duta Besar Amerika Serikat Ralph Leo Boyce di Kantor PBNU, Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat, Senin (30/9) petang.
Gus Dur mengaku siap memberikan bukti tudingannya jika diminta polisi. Ketua Dewan Syuro Dewan Pimpinan Pusat Partai Kebangkitan Bangsa itu juga yakin teroris internasional memang ada. Namun, pemerintah harus mencari bukti legal ada-tidaknya mereka di dalam negeri. "Jadi selidiki dulu. Tanyakan juga ke negara-negara lain. Jadi harus sungguh-sungguh, jangan kayak sekarang," ujar Gus Dur [baca: Gerakan CIA Pertanda Kelemahan BIN].
Pertemuan antara Boyce dan Gus Dur berakhir tanpa kesepakatan apapun. Sebab, mereka mengaku pertemuan itu hanya silaturahmi biasa, meski sempat menyinggung isu terorisme di Indonesia. Karena itulah, Boyce mengatakan tak ada agenda khusus dalam pertemuan tersebut. Boyce juga kembali menegaskan, AS tidak pernah menganggap Indonesia sebagai sarang teroris. Sebaliknya, dia mengatakan AS sangat yakin bahwa masyarakat Indonesia moderat dan toleran [baca: Boyce: Orang Indonesia Tak Terkait Al Qaeda].
Di tempat terpisah, Ba`asyir mengatakan, tuduhan AS bahwa dirinya terkait jaringan teroris adalah fitnah. Dia menilai, tuduhan itu hanya untuk menyamarkan keinginan AS memerangi Islam. Karena itu, Pimpinan Pondok Pesantren Al Mukmin di Desa Ngruki, Sukoharjo, Solo, Jawa Tengah, ini berharap, pemerintah dan rakyat Indonesia selalu waspada dan tak terpancing isu. Pemerintah juga diminta tak menanggapi desakan AS agar dirinya ditangkap. Ba`asyir juga mempersilakan pemerintah mengawasi seluruh kegiatan Majelis Mujahidin jika kegiatan lembaga itu terkait jaringan teroris [baca: Ba`asyir: Tuduhan AS Hanya Kamuflase].(DEN/Tim Liputan 6 SCTV)
Gus Dur mengaku siap memberikan bukti tudingannya jika diminta polisi. Ketua Dewan Syuro Dewan Pimpinan Pusat Partai Kebangkitan Bangsa itu juga yakin teroris internasional memang ada. Namun, pemerintah harus mencari bukti legal ada-tidaknya mereka di dalam negeri. "Jadi selidiki dulu. Tanyakan juga ke negara-negara lain. Jadi harus sungguh-sungguh, jangan kayak sekarang," ujar Gus Dur [baca: Gerakan CIA Pertanda Kelemahan BIN].
Pertemuan antara Boyce dan Gus Dur berakhir tanpa kesepakatan apapun. Sebab, mereka mengaku pertemuan itu hanya silaturahmi biasa, meski sempat menyinggung isu terorisme di Indonesia. Karena itulah, Boyce mengatakan tak ada agenda khusus dalam pertemuan tersebut. Boyce juga kembali menegaskan, AS tidak pernah menganggap Indonesia sebagai sarang teroris. Sebaliknya, dia mengatakan AS sangat yakin bahwa masyarakat Indonesia moderat dan toleran [baca: Boyce: Orang Indonesia Tak Terkait Al Qaeda].
Di tempat terpisah, Ba`asyir mengatakan, tuduhan AS bahwa dirinya terkait jaringan teroris adalah fitnah. Dia menilai, tuduhan itu hanya untuk menyamarkan keinginan AS memerangi Islam. Karena itu, Pimpinan Pondok Pesantren Al Mukmin di Desa Ngruki, Sukoharjo, Solo, Jawa Tengah, ini berharap, pemerintah dan rakyat Indonesia selalu waspada dan tak terpancing isu. Pemerintah juga diminta tak menanggapi desakan AS agar dirinya ditangkap. Ba`asyir juga mempersilakan pemerintah mengawasi seluruh kegiatan Majelis Mujahidin jika kegiatan lembaga itu terkait jaringan teroris [baca: Ba`asyir: Tuduhan AS Hanya Kamuflase].(DEN/Tim Liputan 6 SCTV)