Apple Jadi Brand Paling Sering Dicatut dalam Penipuan Phishing

Dalam phishing, si penyerang membuat website tiruan dari brand terkemuka. Tampilannya bisa sangat mirip sehingga si korban akan terkecoh dan dalam hal ini, brand Apple yang paling sering dipalsukan untuk menjerat orang.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 29 Apr 2020, 15:30 WIB
Ilustrasi Apple (AP Photo/Mary Altaffer, File)

Liputan6.com, Jakarta Penipuan dengan metode phishing jadi salah satu jenis kejahatan online yang paling sering terjadi.

Berdasarkan hasil investigasi terkait peretasan data yang dirlis Verizon pada 2019, setidaknya sepertiga (32 persen) pelanggaran data melibatkan aktivitas phishing.

Terlebih lagi, phishing hadir di 78 persen insiden spionase di dunia maya, diikuti dengan instalasi serta penggunaan backdoor ke jaringan.

Phishing pun terus menjadi senjata kunci dalam tindak kejahatan siber. Tujuannya untuk menipu pengguna agar menyerahkan informasi mereka dengan cara meniru merek terkemuka.

Dalam phishing, si penyerang membuat situs web tiruan dari merek terkemuka. Tampilannya bisa sangat mirip sehingga si korban akan terkecoh. Nah, tautan ini dikirim lewat email atau pesan singkat.

Begitu diklik, pengguna diarahkan ke situs web palsu yang mencuri segala kredensial, informasi keuangan, atau informasi pribadi.

Rupanya, berdasarkan riset Brand Phishing per kuartal 1 2020 yang dipublikasikan oleh Check Point, Apple merupakan merek yang paling sering dipalsukan untuk keperluan phishing.


Gara-Gara Peluncuran Produk Terkenal Apple

IPhone XS (kiri) dan XS Max diperlihatkan saat peluncuran produk baru Apple di California (12/9). iPhone XS dan XS Max tersedia tiga warna (gold, silver, abu-abu) dan tiga konfigurasi memori (64GB, 256GB, dan 512GB). (AP Photo/Marcio Jose Sanchez)

Peringkat Apple sebagai merek paling sering dipalsukan meningkat, dari nomor 7 (pada kuartal 4 2019) ke nomor 1 (kuartal 1 2020).

"Hal ini sebagian karena Apple belum lama ini meluncurkan Apple Watch terbaru. Di sini, penjahat melakukan ekspoitasi online buzz untuk meluncurkan beberapa upaya pencurian kredensial," demikian bunyi pernyataan resmi dari Check Point dalam keterangan yang diterima Liputan6.com, Rabu (29/4/2020).

Pandemi Covid-19 juga membuat peningkatan angka phishing. Hal ini seiring dengan banyaknya orang yang lebih bergantung pada smartphone mereka untuk mengakses informasi dan membantu pekerjaan.


Phishing Paling Banyak Serang Web dan Smartphone

Ilustrasi phishing.

Di antara segala serangan phishing, paling banyak berjenis web phishing (59 persen serangan) dengan mengatasnamakan merek Apple, Netflix, PayPal, dan eBay.

Selanjutnya, mobile phishing (23 persen serangan) di urutan kedua dengan mengatasnamakan Netflix, Apple, WhatsApp, dan Chase.

Pada posisi ketiga, serangan phishing banyak menyasar email (18 persen serangan) di mana penjahatnya mengatasnamakan sebagai Yahoo, Microsoft, Outlook, dan Amazon.

Di antara semua serangan, paling banyak menyasar industri teknologi, perbankan, dan media.

(Tin/Why)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya