Strategi Garuda Indonesia Tak Gulung Tikar Akibat Corona

Garuda Indonesia telah menyiapkan rencana terburuk jika pandemi virus corona ini teus berlanjut hingga Desember 2020

oleh Liputan6.com diperbarui 29 Apr 2020, 16:00 WIB
(Liputan6.com/Fahrizal Lubis)

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan pihak memprediksi sejumlah kemungkinan yang bakal terjadi selama pandemi Covid-19 menyebar. Manajemen maskapai pemerintah ini telah membuat berbagai rencana jika situasi ini berlangsung sampai akhir tahun.

"Manajemen Garuda sudah prediksi andaikan situasi ini berkelanjutan sampai Desember," kata Irfan dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi VI DPR-RI secara virtual, Jakarta, Selasa (29/4/2020).

Pertama, Garuda Indonesia menunda pembayaran kepada pihak ketiga. Garuda punya kewajiban yang cukup besar karena model usaha yang unik. Jika ada masalah di penerbangan pasti akan berdampak pada sejumlah bisnis lainnya seperti GMF, ACS, aerotrans dan lainnya.

Setidaknya ada 25 ribu karyawan yang tergabung dalam bisnis penerbangan ini. Sehingga dia harus memastikan maskapai plat merah ini harus tetap beroperasi di tengah pandemi Covid-19. Atas alasan itu, Garuda Indonesia memutuskan menunda pembayaran kepada pihak ketiga.

"Kami harus pastikan Garuda tetap berlangsung sehingga kami tunda pembayaran kepada pihak ketiga," kata Irfan.

Kedua, Garuda juga melakukan rekonstruksi sistem sewa pesawat. Pihaknya melakukan negosiasi kepada pemilik pesawat untuk menurunkan harga sewa sejumlah pesawat yang digunakan Garuda.

Alasannya harga sewa pesawat Garuda terlalu tinggi. Seperti pesawat yang digunakan untuk penerbangan ke Amsterdam yang tiap bulannya harus membayar USD 1,6 juta.

Irfan mengaku proses negosiasi sewa pesawat ini sudah dilakukan sejak lama. Namun persetujuan ini tawaran negosiasi akhirnya membuahkan hasil. Sebab saat ini harga pasar untuk penyewaan pesawat hanya USD 800 ribu per bulan.

"Hari ini kami punya kesempatan bagus untuk negosiasi ini karena harga pasar hanya USD 800 ribu per bulan," kata Irfan.

Saat ini Garuda Indonesia memiliki 10 unit pesawat sewaan. "Sehingga basically kami bayar hampir 2 kali lipat per bulan," sambun Irfan.

 


Kembalikan Pesawat Jenis CRJ

Garuda Indonesia (Foto: AFP / Adek BERRY)

Dalam kesempatan yang sama, Garuda juga melakukan negosiasi pengembalian pesawat jenis CRG. Saat ini Garuda memiliki 18 unit pesawat yang sejak hari ini tidak diterbangkan. Sebab jika memaksakan perusahaan akan mengalami kerugian yang besar.

"Kalau kami terbangkan jauh lebih rugi, setahun kami ongkos grounded sekitar 50 juta dolar," kata dia.

Jika para perusahaan pembiayaan (lessor) tidak bersedia, Irfan menyarankan untuk mengambil kembali pesawat yang disewakan. Sehingga pihaknya bisa punya flip ke depan atau jumlah pesawat yang lebih pas dengan penumpang Garuda.

Ketiga, Garuda Indonesia melakukan relaksasi keuangan. Irfan mengaku saat ini kondisi keuangan perusahaan sedang bermasalah.

Ada utang yang jatuh tempo tahun ini. Besarnya sekitar USD 500 juta. Sehingga saat ini pihaknya dengan membutuh bantuan keuangan berupa relaksasi dari perbankan.

Untuk menyiasati itu Garuda melakukan efisien produksi. Pihaknya juga menunda gaji karyawan di level direksi dan komisaris.

Sementara insentif tahunan dan tunjangan penunjang seperti THR akan tetap diberikan. Meskipun Kementerian BUMN sudah mengeluarkan imbauan untuk tidak membayar THR bagi direksi dan komisaris.

"Garuda tetap berkomitmen akan tetap membayar THR meski sudah ada imbauan dari Menteri BUMN untuk tidak membayar THR bagi direksi dan komisaris," kata Irfan mengakhiri.

Anisyah Al Faqir

Merdeka.com

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya