Liputan6.com, Samarinda - Lebih dari 50 tenaga medis yang bertugas di RSUD AW Syahranie Samarinda, Kalimantan Timur diisolasi. Sebagian dari tenaga medis memiliki kontak dengan pasien yang baru diketahui belakangan memiliki hasil rapid test reaktif.
Direktur RSUD AW Syahranie Samarinda dr David Masjhoer menjelaskan, petugas medis, baik dokter dan perawat, yang diisolasi menangani pasien Covid-19 maupun bukan. Jumlah ini tentu saja mengurangi tenaga medis yang bertugas di rumah sakit.
David menjelaskan, tenaga medis yang berhubungan langsung dengan pasien Covid-19 sudah menjalani rapid test. Mengenai jumlah tenaga medis yang jalani rapid test, David mengaku tidak hapal.
Baca Juga
Advertisement
"Sedangkan untuk hasilnya itu untuk konsumsi internal kami saja, tidak saya paparkan di sini," kata David dalam sebuah telekonferensi, Selasa (28/4/2020).
Dia menceritakan, ada satu kasus pasien non Covid-19 yang ditangani tim medis, namun belakangan diketahui positif hasil rapid test. Akibatnya, tenaga medis yang menangani pasien itu diistirahatkan.
"Pasien itu punya riwayat dari Kota Bontang dan ada riwayat kontak dengan petugas rumah sakit yang di Bontang itu, berdasarkan itu kami lakukan tes rapid hasilnya reaktif," paparnya.
Setelah hasilnya positif, pasien dipindahkan ke ruang isolasi dan uji swab telah dilakukan. Pihak rumah sakit masih menunggu hasil swab untuk menentukan status selanjutnya.
"Pasien saat ini kita nyatakan sebagai PDP," sebutnya.
Sedangkan untuk beberapa perawat dan dokter yang kontak dengan pasien itu, tambah David, diistirahatkan selama tujuh hari.
"Rencananya akan kami lakukan rapid test pada hari ke tujuh sesuai dengan protokol Covid-19. Kalau kita lakukan sekarang kan belum ada reaksi," paparnya.
Lebih dari 50 tenaga medis kini sedang menjalani karantina di tempat yang ditentukan oleh pihak rumah sakit. Jika hasil rapid test negatif, tenaga medis diminta untuk kembali bertugas.
Namun jika hasilnya reaktif, proses isolasi akan dilanjutkan sambil menunggu hasil dari uji swab yang dikirim ke laboratorium Kementerian Kesehatan. Banyaknya tenaga medis yang diistirahatkan ini membuat pelayanan rumah sakit tidak maksimal.