Nissan Umumkan Kerugian dalam 11 Tahun Terakhir

Nissan Motor Co telah mengumumkan jika pihaknya memperkirakan bakal mengalami kerugian tahunan pertamanya dalam 11 tahun terakhir

oleh Arief Aszhari diperbarui 29 Apr 2020, 21:03 WIB
Nissan akan membawa kasus pencatutan logo untuk kampanye Brexit di Inggris.

Liputan6.com, Jakarta - Nissan Motor Co telah mengumumkan jika pihaknya memperkirakan bakal mengalami kerugian tahunan pertamanya dalam 11 tahun terakhir. Pasalnya, pembuat mobil asal Jepang ini, tengah berjuang untuk pulih dari penurunan penjualan karena pandemi Corona Covid-19 yang melemahkan permintaan di pasar roda empat.

Melansir Reuters, dalam sebuah pernyataannya, pabrikan mobil terbesar kedua di Negeri Matahari Terbit ini memperkirakan kerugian operasional tahun ini mencapai 45 miliar yen, atau turun dari perkiraan sebelumnya yang diumumkan pada Februari 2020 dengan laba operasional sekitar 85 miliar yen.

Nissan juga memperkirakan rugi bersih sebanyak 95 miliar yen, dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya dengan laba 65 miliar yen.

Sementara itu, Nissan juga bersiap untuk kinerja keuangan terburuk sejak krisis keuangan global pada 2008, ketika membukukan kerugian operasi hingga 137,9 miliar yen.

"Kinerja perusahaan terus menurun, terutama dipengaruhi oleh pandemi Covid-19," kata Nissan dalam pernyataan resminya.

Disebutkan pula, Nissan akan menunda pengumuman hasil keuangan tahunan dan rencana restrukturisasi hingga 28 Mei 2020.

"Nissan mengantisipasi waktu tambahan untuk menyelesaikan hasil, dan saat ini sedang meninjau dampak keuangan yang tepat," tambahnya.


Pengurangan produksi

Pembuat mobil global, saat ini tengah bersiap untuk menerima hasil yang kurang memuaskan dalam penjualan global. Pada Selasa (28/4) waktu setempat, pembuat mobil telah mengumumkan bahwa penjualan mobil global mereka turun sebanyak 43 persen atau hanya 4,8 juta unit pada Maret 2020, dibandingkan tahun lalu.

Dengan turunnya penjualan tersebut, mendorong perusahaan untuk memotong jumlah mobil yang akan diproduksi di Jepang pada Mei, sebesar 78 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.

 

 

 

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya