Liputan6.com, Samarinda - Memasuki malam ketujuh Ramadan, seperti biasa, adzan untuk salat isya berkumandang. Melalui pengeras suara, hampir setiap masjid saling bersahutan memberi tanda jika waktu salat telah tiba.
Kebanyakan masjid di Samarinda, Kalimantan Timur tidak menggelar salat jemaah. Tapi tidak untuk masjid di sebuah perumahan besar di kota yang berjuluk Kota Tepian itu.
Satu per satu penghuni perumahan mendatangi masjid. Tak hanya sendiri, mereka membawa keluarganya masing-masing.
Baca Juga
Advertisement
Kondisi perumahan yang padat, ditambah posisi masjid yang berada di tengah-tengah pemukiman, tidak terlihat aktivitas itu. Mereka melaksanakan salat isya secara berjamaah.
Tak disangka, aktivitas ibadah wajib bagi umat Islam itu berlanjut ke salat tarawih. Masjid yang mampu menampung hingga 50 orang itu penuh dengan jemaah. Tak hanya orang dewasa, saf paling akhir diisi anak-anak serta perempuan yang dibatasi tirai.
Dari pantauan di masjid tersebut, tidak ada jarak antar jamaah dan sebagian besar tidak menggunakan masker. Suasana masjid hening. Hanya suara bacaan imam yang terdengar sayup-sayup dari tepi jalan.
Suasana di sekitar masjid juga tampak lengang. Tak ada kendaraan terparkir, seolah tak ada aktivitas di dalam masjid.
“Namanya Ramadan, pasti kita rindu dengan salat tarawih berjamaah,” kata seorang warga yang keluar masjid usai salat tarawih dan masih mengenakan mukena.
Warga sekitar masjid memang masih melaksanakan salat berjamaah, terutama salat maghrib dan salat isya. Kegiatan itu dilanjutkan dengan salat tarawih berjamaah.
“Takmir masjid sengaja tak memakai pengeras suara agar hanya warga sekitar masjid saja yang ikut salat berjamaah,” lanjut perempuan itu.
Padahal, Kota Samarinda sedang menuju fase pundak epidemiologi Covid-19. Pasien positif terjangkit virus itu bertambah dari hari ke hari. Pasien Dalam Pengawasan (PDP) juga ikut bertambah banyak.
Himbauan demi himbauan terus disampaikan oleh Pemerintah Kota Samarinda agar masyarakat melaksanakan ibadah Ramadan di rumah. Namun ada saja warga yang tidak mengindahkan himbauan tersebut.
Kasus salat berjamaah diam-diam ini setidaknya ditemukan di beberapa tempat di Kota Samarinda. Dari pantauan di beberapa tempat, salat berjamaah diam-diam ini juga ditemukan.
Masjid yang melaksanakan pun kebanyakan berada di kawasan yang tak terlihat dari keramaian. Kesadaran sebagian masyarakat masih rendah dalam mencegah penularan Covid-19.
Hal ini pula yang dikeluhkan oleh Direktur RSUD AW Syahranie Samarinda dr David Masjhoer. Dia meminta jurnalis untuk mengingatkan warga soal puncak pandemi ini yang sudah di depan mata.
“Karena Samarinda hari ini mulai memasuki masa puncak wabah, saya berpesan kepada teman-teman pers untuk membantu menyampaikan ke masyarakat benar-benar menerapkan social distancing dan physical distancing, kalau tidak perlu sekali untuk tidak keluar rumah,” pesan David.
Dia juga heran dengan perilaku masyarakat yang masih keluar rumah, terutama sore hari jelang berbuka puasa. Jalan tambah ramai dengan lalu lalang warga.
“Beberapa kali kita kecolongan pasien dari luar yang masuk dan ternyata reaktif rapid test, mengakibatkan beberapa petugas kesehatan harus diistirahatkan di RS AW Syahranie,” katanya.
Puncak pandemi Covid-19 di Kota Samarinda diprediksi terjadi pada Bulan Mei hingga Juni 2020. Perlu upaya serius agar warga sadar bahwa virus ini mudah menyebar.