Liputan6.com, Jakarta Sunan Gunung Jati merupakan tokoh penting dalam membangun peradaban Cirebon. Kiprahnya menyebarkan Islam dan membangun peradaban Cirebon tak diragukan lagi.
Pada perjalanannya, perkembangan Cirebon tidak pernah lepas dari peran etnis Tiongkok, Arab dan India. Termasuk kisah cinta Sunan Gunung Jati kepada putri dari kerajaan Cina Ong Tien.
Advertisement
"Perjalanannya cukup panjang, tapi usia pernikahan mereka hanya empat tahun," kata Filolog Cirebon Opan Rahman Hasyim, Rabu (29/4/2020).
Awal mula pertemuan Sunan Gunung Jati dan Putri Ong Tien dari sebuah pertemuan besar kerajaan ayah sang putri. Opan mengatakan, berdasarkan wangsakerta, sosok Putri Ong Tien adalah perempuan yang cantik jelita.
Siapa pun orang yang melihatnya pasti langsung jatuh cinta, termasuk Sunan Gunung Jati sendiri.
"Singkat cerita ayah Putri Ong Tien sengaja ingin menguji Sunan Gunung Jati dengan memastikan apakah anaknya hamil atau tidak. Padahal sang ayah membuat penampilan anaknya seolah hamil perutnya diganjal semacam bokor. Sunan Gunung Jati pun menjawab hamil dan seketika suasana riuh seakan mengejek kanjeng Sunan. Beberapa waktu kemudian benar Ong Tien hamil dari situ kisah perjalanan cinta mereka terbangun," tutur Opan.
Atas izin sang ayah, Putri Ong Tien menyusul Sunan Gunung Jati ke Cirebon. Dikawal ribuan pengawal kerajaan dari Dinasti Ming.
Pertemuan dengan Sunan Gunung Jati tak terelakkan lagi. Mereka berdua akhirnya menikah, tapi hingga Putri Ong Tien Wafat tak diberi anak.
Saksikan Video Menarik di Bawah Ini
Syair Cinta
"Sebenarnya dikaruniai tapi anaknya meninggal ketika masih kecil. Tapi dari situ Sunan Gunung Jati semakin cinta dan sayang kepada Putri Ong Tien begitu juga sebaliknya," sebut Opan.
Opan mengatakan, perasaan cinta Sunan Gunung Jati dan Putri Ong Tien seakan tak bisa terpisah oleh waktu. Saat Putri Ong Tien Sedih atas kepergian sang anak saat masih bayi, Sunan Gunung Jati terus mencoba menghibur.
Sunan Gunung Jati akhirnya mengadopsi bayi bersama Ong Tien. Bayi tersebut adalah Pangeran Kemuning putera dari Ki Gedeng Luragung.
"Saking cintanya sama Ong Tien disebut Ratu Rara Sumanding, artinya ratu yang senantiasa tersanding walaupun orangnya sudah tidak ada," ujar dia.
Kecintaan Sunan Gunung Jati kepada Putri Ong Tien membuat apapun permintaan ratu dikabulkan. Bahkan, konon di wilayah kompleks Pemakaman Sunan Gunung Jati ada syair cinta yang ditulis dalam keramik kepadanya.
Namun, Opan belum bisa menyebutkan apa isi syair Cinta Sunan Gunung Jati kepada Putri Ong Tien.
"Saya sendiri belum pernah lihat isi syairnya, tapi kata warga di wilayah komplek makam itu Syair Sunan Gunung Jati. Ditulis dalam sebuah keramik berbentuk piring dan cerita syair cinta ini katanya sudah melegenda di masyarakat sekitar komplek pemakaman," kata Opan.
Saat Putri Ong Tien wafat, Sunan Gunung Jati sekan merasa mehilangan sosok yang dicintainya. Bahkan, Sunan Gunung Jati selalu merasakan rindu yang sangat dalam sejak sang istri wafat.
Advertisement
Pengaruh Tiongkok
Opan mengaku, kecintaan Sunan Gunung Jati kepada Putri Ong Tien terlihat dari cara menghargai peninggalan sang istri. Beragam peninggalan yang dibawa sang istri masih tersimpan rapih di salah satu gedung kawasan komplek pemakaman Sunan Gunung Jati.
"Saking cintanya di tempat Sunan Gunungjati berdakwah sampai ngajar mengaji, makam Putri Ong Tien selalu terlihat dan tidak jauh dari posisi tempat Sunan Gunungjati berdakwah. Keramik dan barang bawaan Putri Ong Tin tersimpan rapih saya pernah melihatnya bahkan membawa peneliti untuk memastikan itu asli," ujar Opan.
Dia menyebutkan, dahulu kompleks pemakaman Sunan Gunungjati adalah pesantren. Di kompleks tersebut, Sunan Gunungjati tinggal, berdakwah, dan mengajar ngaji.
Hingga keduanya wafat dan ditambah seiring berjalannya waktu, pesantren yang didirikan Sunan Gunungjati tersebut menjadi kompleks pemakaman. Posisi makam Sunan Gunungjati pun tidak jauh dari makam Putri Ong Tien.
"Tempat mengajar ngaji dan tempat tidur Sunan Gunungjati sekarang menjadi makam dan di sebelahnya makam Putri Ong Tien," ujar dia.
Akulturasi budaya di Cirebon sudah melekat dengan masyarakat Tionghoa. Apalagi, dalam perkembangannya, Sunan Gunungjati pada 1540 Masehi menikah dengan Putri Ong Tien.
Dia memaparkan, peran Putri Ong Tien dalam perkembangan Cirebon sangat besar. Setelah kepulangan dari Tiongkok, Kekaisaran China merestui pernikahan Sunan Gunungjati dengan Putri Ong Tien.
Sejak saat itu, perkembangan Cirebon cukup pesat, terutama pada pengaruh dan akulturasi budaya. Dia mengatakan, dalam dunia arsitektur, interior ruang di Cirebon selalu melekat dengan gaya arsitek China.
Dia mengatakan, sebagian besar warisan budaya yang ada di Cirebon berasal dari Tiongkok.
"Bangunan arsitek di Cirebon itu dipengaruhi oleh Tiongkok coba perhatikan keraton di setiap tembok pasti dipasangi piring dan piring itu dibawa oleh rombongan Putri Ong Tien ketika bertemu Sunan Gunung Jati," ujar dia. (Panji Prayitno)