Kim Jong-un Menghilang, Korea Utara Terancam Bencana Kelaparan

Kim Jong-un sudah hampir 3 minggu menghilang dari muka umum. Bencana kelaparan pun mengintai Korea Utara.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 30 Apr 2020, 15:26 WIB
Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un berbincang dengan stafnya ketika berada di toko makanan saat mengunjungi Taesong Department Store setelah dibuka untuk umum di Korea Utara (8/4). (KCNA VIA AFP Photo)

Liputan6.com, Pyongyang - Pemimpin Tertinggi Korea Utara Kim Jong-un masih belum tampak di publik sejak kemunculan terakhirnya pada 11 April lalu. Kini, Korea Utara memancing spekulasi internasional terkait kondisi kesehatan pemimpin mereka.

Hilangnya Kim Jong-un dari muka umum terjadi di tengah epidemi Virus Corona COVID-19. Alhasil, ada yang berpandangan Kim Jong-un sedang berlindung dari virus tersebut, meski saat ini Korut mengaku tidak terdampak COVID-19.

Kini, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Mike Pompeo, menunjukan ada ancaman lain di tengah hilangnya Kim Jong-un, yakni bencana kelaparan.

"Ada ancaman nyata akan terjadinya bencana kelaparan, kekurangan makanan, di dalam Korea Utara," kata Pompeo di Fox News seperti dikutip Kamis (30/4/2020).

Pompeo berkata pihak AS mengawasi kondisi Korut saat ini. Prioritas AS adalah tetap memuluskan denuklirisasi Korut.

"Kita mengawasi hal-hal tersebut secara lekat, karena mereka dapat berdampak nyata kepada misi kita, yakni pada akhirnya untuk denuklirisasi Korea Utara," ujar Mike Pompeo.

Bencana kelaparan bukan hal baru bagi Korea Utara. Pada 1994, terjadi bencana kelaparan besar di Korea Utara dan diperkirakan ratusan ribu hingga 2 juta orang meninggal akibat bencana itu.

Korut yang tertutup akhirnya membuka diri dari dunia internasional agar mendapat makanan. Korea Selatan juga sempat menerapkan Sunshine Policy untuk membantu Korut yang sedang kelaparan.

Kebijakan serupa dilanjutkan oleh Presiden Korea Selatan Moon Jae-in dengan harapan bisa lebih dekat dengan pemerintahan Kim Jong-un.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


Panic Buying di Korea Utara

Kim Jong-un dan Donald Trump saat makan malam di acara KTT AS - Korea Utara jilid 2 di Hanoi, Vietnam. (AP)

Keberadaan pemimpin Korea Utara itu, menyusul laporan yang belum dikonfirmasi bahwa ia menjalani operasi jantung, telah menjadi subyek banyak spekulasi di seluruh dunia pekan lalu. Tetapi ketidakhadirannya juga telah dicatat di ibu kota Pyongyang, di mana para elit yang mendukung rezimnya juga mendapat kabar angin.

Menurut laporan Washington Post, sejak spekulasi terkait kesehatan Kim Jong-un beredar, terjadi panic buying di ibu kota, di mana penduduk setempat mengumpulkan segala sesuatu mulai dari deterjen dan beras hingga elektronik hingga minuman keras.

Mereka mulai mengambil semua produk impor terlebih dahulu, tetapi dalam beberapa hari terakhir telah terjadi pelarian pada barang-barang yang diproduksi di dalam negeri juga, seperti ikan kaleng dan rokok.

Selain itu, dilaporkan ada helikopter yang telah terbang dengan ketinggian rendah di Pyongyang, serta kereta api di Korea Utara dan juga di perbatasan di China utara telah terganggu.

Sedangkan menurut laporan South China Morning Post, fenomena tersebut terjadi sebagai dampak dari adanya pandemi Virus Corona COVID-19. Hal ini kemudian mengakibatkan naiknya harga-harga kebutuhan pokok di negara tersebut.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya