Liputan6.com, Berlin - Hasil keji propaganda dapat terlihat dari kinerja Joseph Goebbels. Ia adalah Menteri Propaganda Nazi yang membuai massa agar bersimpati ke Adolf Hitler.
Hubungan Goebbels dan Hitler sangatlah dekat. Waktu kematian mereka pun berdekatan dan sama-sama bunuh diri. Ia tewas 75 tahun lalu di Berlin, sehari setelah Hitler bunuh diri.
Baca Juga
Advertisement
Joseph Goebbels adalah salah satu orang paling berpengaruh ketika Hitler berkuasa. Ia sendiri bukan jenderal yang memegang senjata, melainkan tokoh yang merajut narasi lewat media massa.
Menurut ensiklopedia Britannica, Goebbels terkenal lihai bersosialisasi. Saat Nazi berkuasa, ia memimpin Kementerian Penerangan Publik dan Propaganda.
Jabatan itu memberinya kekuatan penuh untuk menyebar ideologi Nazi via berbagai media: pidato, pers, sastra, radio, hingga film.
Joseph Goebbels bukanlah amatiran dalam bidang seni dan sastra. Dia lulus dari Universitas Heidelberg pada 1922 dengan gelar doktor bidang filologi Jerman. Setelahnya, ia aktif di bidang penulisan, aktif sebagai jurnalis, dan menerbitkan buku.
Meski punya gelar doktor, dia tak ragu memberangus buku yang ia tentang. Ini terjadi ketika ia merestui acara bakar buku di 1933 demi melenyapkan pemikiran yang berlawanan dengan ajaran Nazi.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Teori Kebohongan
Sebagai ahli propaganda, Joseph Goebbels menjadi juru film dalam perjalanan politik Hitler dan Partai Nazi. Propaganda yang ia buat sering menjelek-jelekan lawan politiknya.
Propaganda Goebbels kerap menyerang penganut Yahudi yang kemudian dibantai massal oleh Nazi pada Perang Dunia II. Pandangan anti-Yahudi dari Goebbels penuh dengan kekerasan dan prasangka.
Salah satu ucapan yang sering dikaitkan dengan Joseph Goebbels adalah terkait kebohongan. Ia berkata kebohongan alias hoaks harus sering diulang agar bisa membodohi masyarakat.
Ucapan Goebbels ini sering muncul di media sosial untuk menyindir politikus yang suka berbohong.
"Jika kamu mengucapkan kebohongan yang cukup besar dan terus mengulangnya, rakyat kemudian akan mempercayainya ... Maka sangatah penting bagi Negara untuk mengerahkan seluruh kekuatannya untuk menekan perbedaan pendapat, pasalnya kebenaran adalah musuh berbahaya bagi kebohongan, dan maka dari itu, kebenaran adalah musuh terbesar Negara."
Advertisement