5 Periode Terburuk Valentino Rossi di MotoGP, Termasuk saat Bela Ducati

Valentino Rossi merasakan sembilan titel juara dunia selama berkarya di kejuaraan dunia balap motor.

oleh Hendry Wibowo diperbarui 30 Apr 2020, 21:40 WIB
Valentino Rossi, terlibat clash dengan pebalap Spanyol, Marc Marquez, di Sirkuit Sepang, Malaysia. Rossi dianggap bersalah karena menjatuhkan Marquez dan dijatuhi hukuman tiga poin.

Jakarta - Valentino Rossi adalah pembalap dengan karier panjang dan bergelimang rekor di panggung Kejuaraan Dunia Balap Motor.

Bayangkan pada usia 41 tahun, ia masih bisa berkarier pada level tertinggi. MotoGP 2020 bahkan jadi musim ke-24 dirinya di Kejuaraan Dunia Balap Motor.

Dalam periode tersebut, Valentino Rossi bisa merasakan sembilan titel juara dunia. Dengan rinciannya satu gelar juara di kelas 125cc, 250cc, dan 500cc.

Kemudian enam gelar lainnya ia raih di kelas MotoGP. Namun tentu perjalanan karier The Doctor tidak selalu mulus. Dia pernah beberapa kali merasakan musim yang buruk.

Kini Bola.com coba merangkum lima musim terburuk Valentino Rossi di kelas MotoGP.


1. Dua Musim Bersama Ducati Tahun 2011 dan 2012

Valentino Rossi di Ducati. (AFP/Javier Soriano)

Valentino Rossi hengkang ke Ducati dengan ekspektasi tinggi. Maklum ia diprediksi bisa mengakhiri puasa gelar juara dunia yang dirasakan Ducati. Terlebih ini merupakan kombinasi pembalap-tim asal Italia.

Sayang ekspektasi tinggi ini gagal total. Dua musim bersama Ducati pada musim 2011-2012, Rossi hanya naik podium sebanyak tiga kali. Pada dua musim ini, ia hanya finis urutan tujuh (2011) dan enam (2012) di klasemen.


2. 2019

Aksi pembalap Monster Energy Yamaha, Valentino Rossi, pada MotoGP Inggris 2019, di Sirkuit Silverstone, Minggu (25/8/2019). (AFP/Adrian Dennis)

Ketika Rossi menjadi bayang-bayang rekan setimnya, Maverick Vinales. Ketika Vinales bisa merasakan dua kemenangan, Rossi mengakhiri musim tanpa podium pertama.

Ini merupakan musim kedua secara berturut-turut, Rossi gagal meraih kemenangan. Dia hanya naik podium sebanyak dua kali dan mengakhiri kompetisi di urutan tujuh. Posisi tujuh mengulangi raihan terburuknya di MotoGP ketika masih memperkuat Ducati tahun 2011.


3. 2017

Pebalap Movistar Yamaha, Valentino Rossi, dinilai layak menjuarai MotoGP 2017. (Yamaha MotoGP)

Pada musim ini, Rossi merasakan sekali finis pertama dan total naik podium sebanyak enam kali. Hanya saja ia mengakhiri musim di urutan kelima.

Sebuah penurunan drastis mengingat pada tiga musim sebelumnya, ia selalu jadi runner-up. Pada musim ini, ia bahkan langsung dikalahkan Maverick Vinales yang finis ketiga.


4. 2015

Pembalap asal Spanyol Marc Marquez (kanan) melihat kearah Pembalap Italia Valentino Rossi (kiri) saat press conference di Sepang International Circuit, Malaysia, 22 October 2015. (EPA / Fazry Ismail)

Bukannya Rossi bisa bersaing meraih titel juara dunia musim 2015? Pada musim ini, ia bahkan merasakan empat kemenangan, 15 kali naik podium, dan baru lengser dari puncak klasemen pada putaran terakhir.

Ya, statisik Rossi musim ini memang positif. Tapi ia membuat blunder dengan berkata bahwa Marc Marquez membantu Jorge Lorenzo dalam persaingan jadi juara dunia pada sesi konferensi pers MotoGP Malaysia.

Karena ucapannya itu, Marquez berang, dan terjadilah insiden senggolan di Sirkuit Sepang. Imbasnya Rossi dihukum start paling belakang pada putaran terakhir di Valencia dan kehilangan gelar dari Lorenzo. Andai Rossi tidak membuat blunder di konferensi pers, jalan ceritanya pasti berbeda.

 

Disadur dari: Bola.com (Penulis: Hendry Wibowo/Editor: Hendry Wibowo, published 29/4/2020)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya