Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak melonjak pada perdagangan Kamis (Jumat waktu Jakarta). Hal ini menjadikan April sebagai bulan paling volatile untuk perdagangan minyak sepanjanga sejarah.
Permintaan bahan bakar di seluruh dunia merosot sekitar 30 persen pada April. Bahkan setelah produsen minyak utama yang dipimpin oleh Arab Saudi sepakat untuk memangkas produksi hampir 10 juta barel per hari (bph), minyak mentah AS ditutup pada 20 April di rekor terendah di wilayah negatif.
Advertisement
Dikutip dari CNBC, Jumat (1/5/2020), harga minyak telah pulih meski tetap turun tajam dari tahun ke tahun. Pada Kamis, harga minyak Brent berjangka untuk pengiriman Juni naik USD 2,73, atau 12,11 persen menjadi USD 25,27 per barel.
Sedangkan minyak mentah West Texas Intermediate untuk pengiriman Juni melonjak 25 persen atau USD 3,78 menjadi USD 18,84 per barel.
Harga minyak Brent berada di jalur untuk naik sekitar 12 persen pada bulan April setelah jatuh lebih dari 65 persen selama tiga bulan sebelumnya.
Sementara itu, WTI berada di jalur penurunan dalam bulan keempat dengan kerugian 12 persen pada April dan penurunan 70 persen sepanjang tahun ini.
Data Administrasi Informasi Energi menunjukkan persediaan minyak mentah AS tumbuh 9 juta barel pekan lalu menjadi 527,6 juta barel, di bawah perkiraan kenaikan analis 10,6 juta barel dalam jajak pendapat Reuters.
"Jika kita melihat kelanjutan dari tren ini dalam beberapa minggu mendatang, itu bisa menunjukkan yang terburuk mungkin di belakang pasar minyak," kata Kepala Strategi Komoditas ING Warren Patterson.
Pangkas Produksi
Produsen minyak terbesar di Eropa Barat, Norwegia, mengatakan akan menurunkan produksi dari Juni hingga Desember, memangkas produksi untuk pertama kalinya dalam 18 tahun untuk mendukung upaya produsen utama lainnya dalam memperbaiki harga dan mengurangi kelebihan pasokan.
Perusahaan minyak dan gas AS ConocoPhillips mengatakan akan mengurangi tajam produksi minyak dalam beberapa minggu mendatang.
Presiden AS Donald Trump mengatakan pemerintahannya akan segera merilis rencana untuk membantu perusahaan-perusahaan minyak AS.
Sembilan perusahaan termasuk Chevron Corp dan Exxon Mobil Corp telah sepakat untuk menyewa ruang untuk menyimpan 23 juta barel minyak mentah di cadangan minyak darurat AS.
Advertisement