Riset Indef: Publik Nilai Kinerja Stafsus Milenial Jokowi Masih Negatif

Sejumlah hal terkait Stafsus Milenial Jokowi belakangan ini yang membuat persepsi publik terhadap kinerja mereka menjadi buruk.

oleh Maulandy Rizki Bayu Kencana diperbarui 01 Mei 2020, 13:00 WIB
Presiden Joko Widodo foto bersama para staf khususnya di Istana Merdeka, Jakarta (21/11/2019). Staf khusus baru kalangan milenial Mantan Ketua Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia/PMII Aminuddin Ma'ruf, Peraih beasiswa kuliah di Oxford Billy Gracia Yosaphat Mambrasar. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Peruntungan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam memilih staf khusus (stafsus) dari kelompok generasi muda belum berbuah manis. Ini terlihat dari adanya sejumlah hal yang membuat persepsi publik terhadap kinerja mereka menjadi buruk.

Hal tersebut tertuang dalam hasil riset dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) yang diterima oleh Liputan6.com, Jumat (1/5/2020).

Indef menyatakan, dengan adanya kiprah yang salah kaprah beberapa pekan terakhir ini, maka citra staf khusus di lingkungan istana jadi bersifat negatif.

"Dalam situasi pandemi covid-19 jajaran pemerintahan sangat rapuh karena banyak membuat kesalahan langkah sehingga menurunkan tingkat kepercayaan dari pelaksana kebijakan publik tersebut," tulis Indef.

Dari laporan tersebut, sentimen negatif mendominasi penilaian terhadap kinerja stafsus Presiden, yakni sebesar 94,97 persen. Ini dipicu oleh dua kasus utama yang ramai dibicarakan publik, yakni stafsus surati camat untuk kepentingan perusahaan sendiri yang dilakukan Andi Taufan Garuda Putra, serta startup Ruang Guru yang jadi bagian dari Kartu Prakerja oleh Adamas Belva Syah Devara.

Kasus milik Andi Taufan Garuda Putra jadi yang paling ramai dibicarakan masyarakat dengan 8.300 perbincangan, dimana 92 persennya bersifat negatif. Sedangkan keterlibatan Ruang Guru di program Kartu Prakerja jadi bahan obrolan sebanyak 250 kali dengan prosentase 90 persen bernada negatif.


Figur Stafsus

Presiden Joko Widodo (ketiga kiri) usai mengenalkan staf khusus di halaman Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (21/11/2019). Staf khusus baru dari kalangan milenial yakni CEO Amartha Andi Taufan Garuda Putra, Perumus Gerakan Sabang Merauke Ayu Kartika Dewi. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Selain kedua figur tersebut, dua stafsus lainnya yakni Billy Mambrasar dan Angkie Yudistira juga mendapat cap kurang baik dari masyarakat. Billy dianggap sebagai stafsus rasa buzzer yang setara menteri, sedangkan Angkie dipandang sebelah mata gara-gara kasus hoax tentang corona.

Berbagai stigma jelek tersebut tak serta merta membuat masyarakat abai terhadap kinerja stafsus presiden yang belum punya catatan buruk. Ini terbukti dari penilaian terhadap Putri Indahsari Tanjung dan Ayu Kartika Dewi yang tetap positif.

Putri Indahsari Tanjung memperoleh cap baik sekitar 98 persen berkat belum adanya kontroversi serta usaha tanpa modal dan berani gagal. Sementara Ayu Kartika Dewi juga mendapat penilaian bagus 98 persen dan dianggap sebagai stafsus paling relevan saat ini.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya