Ilmuwan AS Sebut Tocilizumab Berpotensi Sebagai Obat untuk COVID-19

Ilmuwan di UC San Diego Health, AS akan melakukan uji klinis tahap ketiga terhadap obat tocilizumab untuk pasien COVID-19 dengan pneumonia

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 02 Mei 2020, 07:00 WIB
Ilustrasi Foto Peneliti (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Penelitian untuk melihat efektivitas obat rheumatoid arthritis tocilizumab untuk COVID-19 tengah dilakukan para ilmuwan di University of California (UC) San Diego Health, Amerika Serikat. Studi ini dikabarkan telah memasuk fase ketiga uji klinis.

Selain di AS, para ilmuwan di Prancis juga tengah melakukan penelitian pada obat serupa pada pasien COVID-19 bergejala parah di negara tersebut.

Dikutip dari laman UC San Diego Health pada Jumat (1/5/2020), tocilizumab dinilai sebagai salah satu obat potensial untuk merawat pneumonia pada pasien COVID-19.

Atul Malhotra, Research Chief of Pulmonary, Critical Care and Cleep Medicine at UC San Diego Health mengatakan bahwa belum ada terapi yang disetujui untuk COVID-19, selain pengobatan gejala.

"Namun ada semakin banyak bukti bahwa COVID-19 dapat secara dramatis berdampak pada pasien dengan banyak cara berbeda, paling tidak dengan merusak paru-paru yang meradang," ujarnya.

Simak Juga Video Menarik Berikut Ini


Penggunaan di Tiongkok

Ilustrasi Foto Peneliti (iStockphoto)

"Mekanisme Tocilizumab menyarankan cara untuk meredam dan menghentikan respons inflamasi yang mungkin mengurangi kebutuhan intervensi medis yang lebih ekstrem seperti ventilasi mekanis, dan risiko besar dari cedera kronis dan kematian," kata Malhotra.

Dilaporkan bahwa pada saat virus corona pertama kali mewabah di Wuhan, Tiongkok, beberapa dokter menggunakan Tocilizumab pada pasien COVID-19 dengan kerusakan paru-paru serius dan mendapatkan hasil yang potensial.

Komisi Kesehatan Nasional Tiongkok juga memasukkan Tocilizumab dalam panduannya menangani pneumonia terkait COVID-19 dan masalah paru-paru lainnya.


Mencari Tahu Manfaat Obat

Ilustrasi penelitian. (iStockphoto)

Percobaan akan dilakukan pada sekitar 330 partisipan yang terdaftar di hampir 70 lokasi di seluruh dunia. Mereka harus berusia 18 tahun atau lebih dan dirawat di rumah sakit dengan pneumonia COVID-19.

Peserta akan menerima satu infus Tocilizumab dan yang lainnya akan diberikan plasebo, dengan infus lanjutan apabila gejala klinis memburuk maupun mengalami perbaikan.

"Titik akhir atau pertanyaan yang ingin kami jawab adalah: Apakah Tocilizumab meningkatkan kesehatan dan status klinis pasien COVID-19 yang dirawat," kata Malhotra.

Selain itu, yang ingin dilihat juga adalah apakah obat ini bisa mengurangi angka kematian karena pneumonia COVID-19, kebutuhan ventilasi mekanik, maupun pasien yang dilarikan ke unit perawatan intensif.

Mereka memperkirakan, penelitian ini akan selesai pada 30 September 2020.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya