Liputan6.com, Beijing - China belakangan ini menjadi target sejumlah negara yang menginginkan penyelidikan terkait asal-usul Virus Corona COVID-19. Virus yang berawal dari Wuhan.
Wakil Menteri Luar Negeri China Le Yucheng mengatakan negaranya dengan tegas menentang apa yang disebut dengan penyelidikan internasional, berdasarkan praduga bersalah terkait asal-usul Virus Corona COVID-19. Demikian menurut transkrip yang dirilis di situs web Kementerian Luar Negeri China pada Kamis 30 April 2020.
Advertisement
Le melontarkan pernyataan tersebut dalam wawancara eksklusif dengan jaringan televisi National Broadcasting Corporation (NBC) pada Selasa 28 April.
"Kami jujur, dan kami terbuka. Kami mendukung pertukaran dan interaksi profesional antara para ilmuwan, termasuk pertukaran untuk meninjau dan merangkum pengalaman," kata Le seperti dikutip dari Xinhua.
"Akan tetapi, apa yang kami tentang adalah tudingan tak berdasar terhadap China," ujarnya, seraya menambahkan siapa pun tidak semestinya serta-merta menuduh China lalu melakukan apa yang disebut dengan investigasi internasional hanya untuk merekayasa bukti.
"Kami menentang penyelidikan yang didasari kepentingan politik dengan tujuan menstigmatisasi China," kata sang wakil menteri.
Saksikan Juga Video Ini:
Data China Dapat Diverifikasi
Berbicara soal rilis data COVID-19, Le mengatakan apa yang telah dilakukan China dapat diverifikasi dan "tidak perlu ditutup-tutupi."
"Semua ini soal kejujuran. Benar-benar mustahil untuk menyembunyikan apa pun," ujar wakil menteri tersebut. "Sebaliknya, beberapa negara pernah mengatakan bahwa COVID-19 hanya flu biasa, dan bahkan ditutup-tutupi."
"Saat ini, kami sedang berupaya memulihkan aktivitas ekonomi secara menyeluruh dan telah mencabut larangan perjalanan di Wuhan. Bagaimana kami bisa percaya diri untuk melakukan hal itu jika penurunan jumlah kasus dibuat-buat dan tidak nyata?" tanya Le.
"China adalah korban, bukan pendukung COVID-19," ujar Le kepada NBC, seraya menyebutkan bahwa suatu virus bisa datang dan pergi tanpa jejak dan muncul di tempat mana pun di dunia.
Lebih lanjut, Le mengatakan bahwa meminta pertanggungjawaban China atas penyebaran COVID-19, atau bahkan menuntut ganti rugi dari China, adalah "lelucon politis yang tidak masuk akal" dan tanpa dasar hukum. "Tidak ada hukum internasional yang mendukung untuk menyalahkan satu negara hanya karena menjadi yang pertama melaporkan suatu penyakit. Dan tidak ada sejarah yang menawarkan preseden semacam itu."
"Niatnya tidak lain adalah menyalahkan China atas (upaya) respons yang tidak memadai dari pihak lain. 'Permainan menyalahkan' hanya mendapat sedikit dukungan, dan tidak akan memberikan hasil apa pun," menurut Le.
Advertisement
Puji WHO
Lebih lanjut, wakil menteri itu memuji upaya Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya, dengan mengatakan bahwa kinerja badan dunia tersebut "mendapatkan pengakuan luas dari masyarakat internasional."
"Pada masa-masa kritis seperti ini, apa yang perlu dilakukan Amerika Serikat (AS) adalah fokus memerangi virus COVID-19, alih-alih menyerang WHO yang mengoordinasikan upaya internasional dalam memerangi virus tersebut," ujar Le, menambahkan bahwa dengan melakukan itu, AS sebenarnya telah memilih bergesekan dengan seluruh dunia.
Dia meminta kedua negara untuk mengesampingkan seluruh perbedaan dan ketidaksepakatan di masa-masa kritis dan sulit ini, serta bergandengan tangan untuk menghadapi musuh bersama, virus COVID-19.
Melalui pandemi ini, rakyat AS harus menyadari "bahwa musuh sejati AS adalah COVID-19, bukan China," kata Le, seraya menambahkan bahwa ini bukan waktu yang tepat untuk melemparkan tudingan dan melakukan manipulasi politik, melainkan waktu untuk solidaritas, untuk bekerja bersama-sama memerangi virus tersebut dan mengatasi kesulitan.
"Saya yakin bahwa bersama-sama, kita akan menang dan membuat perubahan besar bagi dunia," imbuh Le.