Inovasi Sabun Cuci Tangan dan Hand Sanitizer Berbahan Dasar Gaharu, Apa Saja Manfaatnya?

Sabun cuci tangan hand sanitizer berbahan dasar gaharu ini merupakan salah satu langkah Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan (P3H) tanggulangi corona COVID-19.

oleh Asnida Riani diperbarui 01 Mei 2020, 16:00 WIB
ilustrasi mencuci tangan/copyright Pexels/Burst

Liputan6.com, Jakarta - Menjaga kebersihan tangan jadi langkah utama yang perlu dilakukan guna mencegah penyebaran corona COVID-19, selain menggunakan masker dan menjaga jarak fisik. Menyikapi hal tersebut, Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan (P3H) Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) berinovasi dengan membuat sabun cuci tangan dan hand sanitizer berbahan baku gaharu.

Gaharu merupakan resin yang tersimpan dalam jaringan pohon hidup marga Thymelaeceae, beraroma harum, dan berwarna coklat kehitaman sampai hitam. Gaharu banyak digunakan sebagai bahan dasar parfum, farmasi, aromaterapi, dan obat tradisional.

"Sabun yang mengandung bahan aktif minyak gaharu dengan lebih dari 50 senyawa aktif sangat baik untuk membasmi mirkoorganisme, termasuk bakteri, jamur, dan virus," kata peneliti laboratorium Mikrobiologi Hutan, sekaligus inovator sabun cuci tangan dan hand sanitizer gaharu ini Asep Hidayat, lewat siaran pers yang diterima Liputan6.com, Jumat (1/5/2020).

Selain, sabun tersebut dikatakan mempu mengangkat kotoran, keringat, debu, serta merawat kelembutan kulit. Sabun cuci tangan gaharu ini dibuat dalam bentuk cair dengan kandungan SLS 70N (2,5 persen), Na2SO4 (2 persen), NaCl (2 persen), Amphitol (5,6 persen) ,Tergitol NP10 (0,05 persen), BKC (0,01 persen), Gliserin 98 persen (0,1 persen), Sodium Benzoat (0,1 persen), Pewarna (0,005 persen), Vanilin (0,001 persen), dan Minyak Gaharu (0,025 persen).

"Sebelumnya kami mencoba 0,015 persen untuk kandungan minyak gaharu. Namun setelah dilakukan uji organoleftik terhadap kelembutan, jumlah busa, keharuman dan residu sabun yang tersisa, hasilnya lebih baik jika komposisi minyak gaharu ditambah," lanjut Asep.

Asep menjelaskan, penambahan minyak gaharu cukup berpengaruh pada biaya produksi sabun cuci tangan karena komponennya paling tinggi dibanding bahan lain.

"Untuk komposisi 0,025 persen minyak gaharu diperlukan biaya produksi sekitar Rp40 ribu per liter. Sementara, tanpa penambahan minyak gaharu hanya dibutuhkan biaya produksi sekitar Rp3 ribu per liter. Harga produksi tersebut di luar biaya kemasan dan operasional lain," terangnya.

 


Pembuatan Hand Sanitizer

Hand sanitizer berbahan dasar gaharu yang dikembangkan Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan (P3H) Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). (dok. Biro Humas KLHK)

Sementara itu, pengembangan hand sanitizer berbahan dasar gaharu (HaRus) juga diharapkan dapat mendukung ketersediaan sanitizer yang dibutuhkan. Proses pembuatannya cukup mudah selama tersedia bahan baku. Setidaknya, saat ini P3H telah memproduksi untuk memenuhi kebutuhan kantor dan pegawai P3H.

"Pembuatan HaRus sama seperti sanitizer pada umumnya, yaitu menggunakan etanol 96 persen, gliserol 98 persen, hidrogen peroksida 3 persen, dan air steril. Hanya di sini ada penambahan minyak gaharu sebanyak 0,15 ml untuk produksi satu liter," jelasnya.

Asep menjelaskan, setelah proses pencampuran dan pengadukan di dalam tabung Erlenmeyer, larutan kemudian dipindahkan ke dalam botol kaca bersih. "Larutan kemudian disimpan selama 72 jam untuk memastikan tidak ada kontaminasi organisme dari wadah botol, dan hand sanitizer siap digunakan," terangnya.

Selain hand sanitizer gaharu, P3H juga memproduksi hand sanitizer lain yang berbahan aloe vera, kombinasi aloe vera dan gaharu, serta gaharu sediaan gel. Sebagai permulaan, telah diproduksi 20 liter hand sanitizer dari beberapa jenis tersebut, dan saat ini sedang dipersiapkan produksi tahap kedua sebanyak 20 liter.

 


Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya