WHO: Waspadai Kasus Baru Corona Usai Pencabutan Lockdown

Negara-negara harus mengangkat kebijakan lockdown, karantina wilayah, atau kebijakan padanan lainnya secara bertahap, selagi "mewaspadai" lonjakan kasus baru virus corona, kata WHO.

oleh Hariz Barak diperbarui 02 Mei 2020, 13:00 WIB
Petugas melewati layar pemantau yang menunjukan penyebaran virus corona (COVID-19) di Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Senin (9/3/2020). Dari 3.580 orang yang menghubungi Posko COVID-19 DKI Jakarta, ada 64 kasus kategori Orang Dalam Pantauan dan 56 Pasien Dalam Pengawasan. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jenewa - Negara-negara harus mengangkat kebijakan lockdown, karantina wilayah, atau kebijakan padanan lainnya secara bertahap, selagi "mewaspadai" lonjakan kasus baru virus corona, kata WHO pada Jumat 1 Mei 2020.

Orang-orang yang rentan, termasuk mereka yang berada di fasilitas perawatan jangka panjang, penjara, dan asrama pekerja migran, juga harus dilindungi, kata Eksekutif Direktur WHO untuk Program Darurat Kesehatan, Dr Mike Ryan.

Bahkan jika virus mulai terkendali, masyarakat harus tetap mengikuti langkah-langkah menjaga jarak dan kebersihan fisik. Sementara, pengujian kasus-kasus yang dicurigai harus terus dilanjutkan oleh negara, katanya.

"Sangat penting bahwa ketika negara-negara meremehkan langkah-langkah itu, mereka bisa secara konstan mewaspadai lonjakan infeksi dan khususnya berurusan dengan penularan dalam pengaturan khusus," kata Ryan pada konferensi pers kemarin, seperti dikutip dari Channel News Asia, Sabtu (2/5/2020).

Virus corona telah menyebar di berbagai fasilitas untuk para manula di Eropa dan Amerika Utara, sementara di Singapura ia telah menginfeksi orang-orang di asrama para pekerja migran, katanya, menambahkan: "Karena percikan dalam situasi seperti itu berubah menjadi api dengan sangat cepat."

WHO mengakui kendala pemerintah untuk mempertahankan lockdown selama pandemi, "karena alasan sosial, psikologis dan ekonomi", kata Ryan.

"Jadi kami sangat cemas bahwa kami dapat pindah ke situasi di mana penyakit ini dapat dikendalikan dengan langkah-langkah yang tidak terlalu parah," katanya.

"Tetapi pada saat yang sama kami ingin menghindari situasi di mana kami melepaskan langkah-langkah terlalu mudah dan kemudian kami bangkit kembali ke transmisi intens dan kami harus melakukannya lagi," katanya.

Bahkan ketika beberapa negara Barat mulai meringankan atau mencabut kebijakan lockdown masing-masing, ada tren penyebaran yang mengkhawatirkan di negara-negara dari Haiti ke Somalia dan Yaman, kata Ryan.

Dia juga mengutip Sudan, Sudan Selatan, Suriah, Yaman, Afghanistan, Sierre Leone, Republik Afrika Tengah, dan "kluster penyebaran yang serius" di Kano, Nigeria utara sebagai tren penyebaran baru virus corona di dunia.

Simak video pilihan berikut:


WHO: Virus Corona Berasal dari Alam

Foto dari atas memperlihatkan Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta, Jumat (20/3/2020). Pemerintah akan mengubah fungsi Wisma Atlet Asian Games sebagai rumah sakit darurat khusus penanganan virus corona (Covid-19) sehingga bisa dipakai pada Senin (23/3/2020). (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Mengenai virus korona baru yang pertama kali muncul akhir tahun lalu di kota Wuhan di China tengah, Mike Ryan dari WHO menegaskan bahwa para ilmuwan yang memeriksa urutan genetiknya telah meyakinkan organisasi PBB itu bahwa "virus ini berasal dari alam."

Direktur jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus memberikan pembelaan yang kuat atas tindakannya dan langkah "tepat waktu" WHO dalam menyatakan virus corona baru sebagai darurat internasional pada akhir Januari 2020.

Deklarasi 30 Januari 2020 dibuat dalam "waktu yang cukup bagi seluruh dunia untuk merespons" karena pada tahap itu, di luar China hanya ada 82 kasus infeksi dan tidak ada kematian, katanya.

Tedros mengatakan, WHO, yang berusaha memimpin tanggapan global terhadap pandemi COVID-19, telah menggunakan hari-hari sebelum menyatakan darurat global sebagai waktu untuk mengunjungi China untuk mempelajari lebih lanjut tentang virus baru.

Selama kunjungan itu, mereka juga memenangkan "perjanjian awal" dengan China untuk mengirim penyelidik, kata Tedros.

Tedros, ditanya tentang hubungan dengan Amerika Serikat - donor terbesarnya yang telah menangguhkan pendanaan setelah mengkritik penanganan pandemi WHO, mengatakan: "Kami benar-benar berhubungan terus-menerus dan kami bekerja sama." Dia tidak memberikan detail.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya