Liputan6.com, Pennsylvania - Para ilmuwan di Amerika Serikat mulai melatih anjing untuk mengendus virus corona pada manusia.
Sebuah program baru di Sekolah Kedokteran Hewan di University of Pennsylvania adalah menempatkan hidung ke batu asahan untuk deteksi penyakit. Para peneliti sedang bekerja dengan sejumlah anjing untuk melihat apakah snifter superior anjing dapat membantu mendeteksi dini virus corona pada manusia.
Advertisement
Anjing yang dapat menunjukkan aroma virus corona dapat mengidentifikasi infeksi pada orang yang tidak menunjukkan gejala, dan dapat memainkan peran yang krusial dalam respons penyakit saat orang kembali bekerja ketika kebijakan pembatasan sosial mulai dilonggarkan, kata perwakilan Penn Vet dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip dari Livescience, Sabtu (2/5/2020).
Laporan anjing yang mengendus kanker telah didokumentasikan sejak 1980-an, Livescience sebelumnya melaporkan. Banyak sel yang menghasilkan senyawa organik yang mudah menguap yang memiliki bau khas dan hadir "dalam darah manusia, air liur, urin atau napas," Cynthia Otto, seorang dokter kedokteran hewan dan direktur Pusat Anjing Kerja Penn Vet, mengatakan dalam pernyataan itu.
Simak video pilihan berikut:
Setidaknya Delapan Anjing Dilatih
Penelitian telah menunjukkan bahwa bau volatile organic compounds (VOC) yang dikeluarkan oleh sel kanker cukup unik sehingga hidung anjing yang sensitif --yang memiliki hingga 300 juta detektor aroma, dibandingkan dengan sekitar 6 juta pada manusia-- dapat menemukan keberadaan sel kanker di tengah sel yang sehat.
Pada kenyataannya, kebanyakan anjing dapat dilatih dalam waktu sekitar enam bulan untuk mengidentifikasi bau kanker tertentu. Kemampuan yang sama dapat memungkinkan anjing untuk mengidentifikasi penyakit yang disebabkan oleh virus corona baru.
Dalam program Penn Vet, delapan anjing pada awalnya akan dilatih di laboratorium. Lebih dari tiga minggu, mereka pertama-tama akan belajar mengenali bau virus corona baru dalam sampel air liur dan urin dari pasien yang terinfeksi, melalui teknik yang dikenal sebagai pencetakan bau, menurut pernyataan Penn Vet lainnya.
Anjing-anjing itu kemudian akan ditugaskan untuk membedakan antara sampel-sampel itu dan sampel yang dikumpulkan dari orang-orang yang tidak menderita penyakit tersebut.
"Dampak potensial dari anjing-anjing ini dan kapasitas mereka untuk mendeteksi COVID-19 bisa sangat besar," kata Otto. "Studi ini akan memanfaatkan kemampuan anjing yang luar biasa untuk mendukung sistem pengawasan COVID-19 nasional, dengan tujuan mengurangi penyebaran komunitas."
Advertisement
Bahaya terhadap Anjing
Seperti yang kita tahu, beberapa hewan telah terjangkit COVID-19 yang terjadi akibat penularan dari manusia ke hewan. Pada bulan Maret, seekor anjing peliharaan di Hong Kong dinyatakan positif COVID-19, dan para ahli menduga bahwa ia telah menangkap penyakit itu dari pemiliknya yang terinfeksi, Live Science melaporkan. Ini dianggap sebagai contoh pertama penularan COVID-19 dari manusia ke hewan.
Namun, beberapa ahli ragu dengan diagnosis anjing tersebut. Awalnya, hewan itu tidak menerima tes darah yang akan mengonfirmasi keberadaan antibodi virus corona yang dibuat untuk melawan infeksi, dan tes darah yang dilakukan kemudian tidak menemukan antibodi virus tersebut, demikian dilaporkan Live Science.
Akan tetapi, anjing mungkin mengalami respons imun ringan terhadap COVID-19 yang tidak memerlukan produksi antibodi spesifik. Anjing lain di North Carolina, juga dinyatakan positif COVID-19 setelah kemungkinan menangkapnya dari pemiliknya, Time melaporkan pada 28 April 2020.
Anjing terlatih bisa siap untuk mulai mengendus COVID-19 pada manusia pada bulan Juli, menurut pernyataan Penn Vet, seperti yang dikutip dari Live Science.
Reporter: Yohana Belinda