Liputan6.com, Jakarta Ketua Umum PBNU 1984-2000 dan Presiden ke-4 Republik Indonesia, KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur memiliki hubungan luas dengan berbagai kalangan. Tidak hanya setelah ia populer, tapi sejak masa mudanya.
Ia bersilaturahim dengan rakyat hingga pejabat, kiai dan santri, Muslim dan non-Muslim, bahkan dengan yang tak beragama sekali pun. Ia bertemu dengan berbagai macam profesi, aktivitas, beragam latar belakang suku, bermacam budaya, baik dalam dan luar negeri.
Advertisement
Bahkan dengan orang meninggal, yakni di kuburan. Dan, tak pandang umur, orang tua maupun anak-anak. Suatu ketika, salah seorang teman Gus Dur, yakni Greg Barton, seorang profesor di Universitas Monash, Australia, menengok Gus Dur di rumah sakit.
Penulis biografi Gus Dur itu membawa anaknya yang berusia 14 tahun. Hana, namanya. Dalam pertemuan itu, tanpa diduga, anak sang profesor bertanya.
“Gus Dur apakah hantu itu ada?”
Jawaban Gus Dur
“Kalau hantu dan makhluk-makhluk gaib, sebenarnya saya kurang tahu. Tapi saya punya cerita sedikit yang merupakan sebagian jawaban,” katanya.
Gus Dur pun bercerita, pada waktu muda, saat ia di Jombang, tepatnya di Pondok Pesantren Tebuireng, memiliki kebiasaan pergi ziarah dan berdoa di kuburan.
Suatu ketika, di makam Tebuireng, ia berziarah ke makam itu. Ia datang sekitar pukul 01.00. Namun, tak lama kemudian, ia tertidur.
Sekitar dua jam berlalu, kemudian Gus Dur terbangun karena ada suara orang yang sepertinya hendak berziarah pula seperti dirinya. Kemudian Gus Dur berdiri menengok orang tersebut.
Orang yang baru datang itu terbelalak dan terkaget-kaget, berteriak, lalu berlari terbirit-birit.
“Saya tidak tahu apakah hantu itu ada atau tidak, tapi kalau bertanya kepada orang itu (orang yang berlari tersebut), pasti menjawab ada,” kata Gus Dur kepada Hana. (Source: NU Online)
Advertisement