Doni Monardo Ungkap Strategi Baru Tangani Pandemi Covid-19

Menurut dia, pendekatan medis dan psikologi sangat penting sebab jumlah tenaga medis serta infrasktruktur yang dimiliki pemerintah saat ini terbatas.

oleh Lizsa Egeham diperbarui 03 Mei 2020, 10:26 WIB
Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Doni Monardo menyampaikan arahan penanganan virus Corona (COVID-19) untuk pemerintah daerah di Gedung Graha BNPB, Jakarta, Senin (16/3/2020). (Dok Badan Nasional Penanggulangan Bencana/BNPB)
Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Doni Monardo menyampaikan arahan penanganan virus Corona (COVID-19) untuk pemerintah daerah di Gedung Graha BNPB, Jakarta, Senin (16/3/2020). (Dok Badan Nasional Penanggulangan Bencana/BNPB)

Liputan6.com, Jakarta Kepala Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo menyampaikan strategi baru pemerintsh dalam menanganani masalah pandemi virus corona. Selain pendekatan medis, dia menekankan pentingnya pendekatan psikologis yang mengarah ke upaya pencegahan dalam menangani pasien corona.

Strategi itu disampaikan Doni dalam rapat tertutup melalui telekonferensi bersama Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) di Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Jakarta, Sabtu 2 Mei 2020.

Menurut dia, pendekatan medis dan psikologi sangat penting sebab jumlah tenaga medis serta infrasktruktur yang dimiliki pemerintah saat ini terbatas. Dengan begitu, keseimbangan antara medis dan psikologis dapat berjalan beriringan.

"Keseimbangan itu harus kita jaga," jelas Doni Monardo dalam keterangan pers yang dikutip, Minggu (3/5/2020).

Di situasi pandemi corona, dia menilai seharusnya dokter tidak berada di garda terdepan dalam upaya penanganan, namun menjadi kekuatan terakhir. Dalam hal ini, masyarakat harus bisa disehatkan sehingga dokter dapat diselamatkan.

"Dokter bukan jadi benteng utama, tapi benteng terakhir," kata Doni.

Oleh sebab itu, gizi masyarakat harus terpenuhi sehingga dapat meningkatkan imunitas sekaligus menggerakkan roda perekonomian. Doni Monardo menegaskan dalam menyelesaikan bencana tidak boleh memunculkan bencana baru.

"Hungry man becomes angry man (orang lapar bisa jadi pemarah). Kita tidak ingin arahnya ke sana," ujarnya.

Doni mengungkapkan bahwa setidaknya ada 2,5 juta petani yang kesulitan menjual hasil pertanian dan perkebunan sebagai dampak dari pandemi COVID-19 ini.


Kolaborasi Sejumlah Pihak

Untuk itu, dia meminta kolaborasi bersama Kementerian/Lembaga terkait khususnya Kementerian Perindustrian dan Kepala Daerah untuk mengatasi masalah tersebut dengan inovasi yang tetap menerapkan protokol kesehatan.

Doni mencontohkan tetap berjalannya pasar tradisional di Jawa Tengah, Salatiga dan Sumatera Barat dengan baik dan tetap menerapkan protokol kesehatan. Dimana, para pedagang dan pembeli diberikan jarak dan berjualan di luar ruangan yang telah diatur oleh pemerintah daerah setempat.

Selain itu, penjual juga diwajibkan untuk melaksanakan anjuran pemerintah dengan tetap memakai masker dan tetap menjaga jarak aman

Ketua Komisi VI DPR RI Faizol Riza pun sepakat terkait strategi baru pemerintah dalam menangani pandemi corona. Riza sepakat bahwa dalam urusan penanggulangan bencana, maka tidak boleh memunculkan bencana baru.

Dia juga mengapresiasi ide dari inovasi pasar tradisional seperti yang sudah berjalan di Salatiga dan beberapa wilayah lain di Jawa Tengah dan Sumatera Barat.

"Kita tetap optimis bahwa ekonomi juga bisa tetap jalan," tuturnya.

Meski kebijakan inovasi pasar tradisional sudah berjalan, pihaknya akan tetap mengkoordinasikan lebih lanjut mengenai aturan-aturan lain yang sudah termaktub melalui Surat Edaran Kementerian Perdagangan tentang sirkulasi barang dan kebutuhan ekonomi pasar di tengah pandemi COVID-19.

"Langkah-langkahnya seperti apa, nanti kita koordinasikan lagi," ucap Riza.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya