Liputan6.com, Blora - Sejumlah bahan pusaka kuno ditemukan dan tersimpan apik di wilayah Kradenan, Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Benda bersejarah itu merupakan peninggalan Ken Arok pada abad ke-13 masa kerajaan Singasari.
Jumlahnya ada 6 buah dan memiliki berat yang berbeda-beda. Ukurannya yaitu 4.980 gram, 4.119 gram, 3.313 gram, 2.677 gram, 1.981 gram, dan 1.158 gram.
"Sebenarnya jumlahnya ada 7 buah, yang 1 sudah dibuat keris oleh Empu Gandring atas pesanan Ken Arok," kata Pemerhati Sejarah, Eko Arifianto kepada Liputan6.com, Minggu (3/5/2020).
Baca Juga
Advertisement
Eko menyampaikan, asal mula bahan pusaka kuno itu didapati warga dari lokasi bernama Kedungmoyo, Bengawan Solo wilayah Kradenan di kedalaman belasan meter setelah mendapat petunjuk gaib.
"Oleh sebagian orang mungkin dibilang tidak masuk akal, tapi memang seperti itulah kenyataannya proses penemuan bahan pusaka Ken Arok yang saat ini ada," kata dia.
Eko menceritakan, bahan pusaka tersebut diambil setelah melalui proses olah spiritual tirakatan. Dia mengungkapkan pengambilan bahan pusaka itu dilakukan sebanyak tiga kali penyelaman dalam satu waktu.
Menurutnya, tidak sembarang orang dapat menyelami sungai bermenit-menit lamanya tanpa bernafas. Hal tersebut hanya bisa dilakukan oleh orang yang berpengalaman dan latihan olah nafas yang cukup.
"Diselami di kedalaman belasan meter, kemudian dibawa dua-dua ke permukaan sungai Bengawan Solo," kata dia.
**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Tumbal 7 Nyawa
Sementara itu Supardi Surodijoyo (49), warga yang menemukan ke enam batu tersebut mengatakan, bahan pusaka kuno itu seperti batu namun bukan batu biasa. Dia mengatakan batu yang ditemukannya tergolong cukup aneh.
"Agak aneh memang. Kalau dilihat dari bentuk fisiknya, batu tersebut kayaknya sudah rekat tercampur dengan logam dan meteorit," ujar dia.
Mbah Pardi sapaan akrab dia, keenam bahan tersebut sudah ada peksi (tangkai) pusakanya semua saat ditemukan.
"Temuan ini menunjukkan Sang Empu sudah mempersiapkan bahan untuk dibuat pusaka. Mungkin setelah melakukan puasa baru dilakukan proses pembuatannya, bisa berwujud keris atau mata tombak," terangnya.
Lebih lanjut diceritakan, Empu Gandring ditaksir dahulu kala hendak membuat pusaka di daerah Belik Krincing dekat dengan Gua Sentono.
Dari kisah tersebut memunculkan nama-nama seperti Jigar, di mana kuda Ken Arok 'jigar-jigar' (lari tak terkendali) setelah ditungganginya paska-membunuh Empu Gandring dan Menden dari kata 'semenden' (bersandar) setelah ditusuk oleh Ken Arok dengan keris buatannya sendiri.
Dengan kematian Empu Gandring, konon keris tersebut kemudian menjadi kutukan dan meminta tumbal 7 nyawa termasuk Ken Arok sang pemesan keris.
Advertisement