Liputan6.com, Kupang - Ketika Indonesia diserang pandemi virus corona atau covid-19, seluruh aktivitas dihentikan, termasuk kegiatan belajar mengajar di sekolah dan universitas.
Guru, dosen, dan siswa pun dirumahkan. Meski demikian, mereka diminta untuk tetap menjalankan kegiatan belajar mengajar secara online.
Namun, tuntutan ini belum berlaku sepenuhnya di NTT. Pasalnya, masih banyak wilayah di daerah berbasis kepulauan ini belum menikmati listrik, maupun jaringan internet.
Baca Juga
Advertisement
Di Nggelok, Desa Sipi, Kecamatan Elar Selatan, Kabupaten Manggarai Timur, seorang guru terpaksa mendatangi siswanya dari rumah ke rumah untuk melakukan bimbingan belajar.
Dia lah, Eki Adsen (31), guru honorer asal Elar Selatan ini pantang menyerah melakukan bimbingan belajar bagi seluruh siswa. Hal itu dilakukannya karena di wilayah tersebut masih kesulitan akses internet.
"Saya suka dengan aktivitas ini, saya rindu dengan suasana kelas. Saya sangat mencintai profesi sebagai guru dan mencintai anak didik saya," ujar Eki kepada wartawan, Sabtu (2/5/2020).
Menurut dia , dalam sehari, ia harus memberikan bimbingan belajar kepada empat hingga lima siswa secara bergilir. Rutinitas itu dilakukan setelah sekolahnya mendapat edaran dari Dinas PPO setempat.
"Bergilir sampai semua siswa. Secara pribadi saya merindukan keceriaan dan semangat anak-anak mengikuti kegiatan belajar mengajar di kelas," katanya.
Perjuangannya melakukan bimbingan belajar itu, disambut baik oleh siswa dan orangtua murid. Dalam proses belajar mengajar itu, ia tetap mengikuti protokol yang dikeluarkan pemerintah dan medis.
Selain mengajar beberapa tema pelajaran yang masih tertinggal, ia juga selalu memberi tugas yang akan diperiksa secara offline.
Simak juga video pilihan berikut ini:
Gaji Tak Kunjung Cair
Guru kelas 4 SDI Deruk ini mengaku, ketika pandemi covid-19 melanda, honor selama empat bulan belum diterimanya.
Enam tahun jadi guru honorer, Eki hanya digaji Rp 700 ribu per bulan. Gaji yang bersumber dari dana BOS ini diterimanya setiap tiga bulan.
"Honor dari sekolah dipotong dari 50% dana BOS sebesar Rp700.000 per bulan dan diterima selama triwulan. Sedangkan dari Tamsil Kabupaten sebesar Rp500.000 per bulan juga diterima selama triwulan," jelasnya.
Meski sudan empat bulan tak terima gaji, Eki mengaku tak pantang menyerah memberi bimbingan belajar bagi anak asuhnya di tengah wabah covid-19.
"Jadi guru harus mampu menjadi obor di tengah masyarakat, apapun kondisinya," pungkasnya.
Advertisement