Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi selama April 2020 sebesar 0,08 persen. Angka ini lebih rendah dari inflasi Maret 2020 sebesar 0,10 persen. Sementara, inflasi tahun kalender tercatat sebesar 0,84 persen dan inflasi tahun ke tahun 2,67 persen.
"Secara umum menunjukkan adanya kenaikan tetapi kenaikannya sangat tipis sekali hasil pemantauan BPS di 90 kota inflasi pada bulan Aoril 2020 ini terjadi inflasi sebesar 0,08 persen," kata Kepala BPS, Suhariyanto, di Kantor BPS, Jakarta Pusat, Senin (4/5/2020).
Advertisement
Suhariyanto mengatakan, dari 90 kota indeks harga konsumen (IHK), 39 kota mengalami inflasi dan 51 kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Baubau Sulawesi Tenggara mencapai 0,88 persen, sementara inflasi terendah 0,02 persen.
Sementara itu untuk kota yang alami deflasi tertinggi terjadi di Pangkalpinang yaitu sebesar minus 0,92, dan terendah di Bogor dan Semarang sebesar 0,02 persen.
"Kalau kita lihat komponennya di Pangkalpinang ini penyebabnya adalah penurunan tarif angkutan udara dan deflasi terendahnya terjadi di Bogor dan Semarang," tandas dia.
Perkiraan BI
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) memperkirakan inflasi April 2020 mencapai 0,18 persen (mtm) atau sebesar 2,78 persen (yoy). Dengan demikian inflasi terjaga dan terkendali rendah 3 persen plus minus 1 persen.
"Kami perkirakan untuk April 2020 ini inflasinya sekitar 0,18 persen mtm. Kalau dihitung yoy 2,78 persen," kata Gubernur BI Perry Warjiyo di Gedung Bank Indonesia, Jakarta Pusat, Rabu, (29/4).
Perry menuturkan angka inflasi ini lebih rendah dari dua bulan sebelumnya. Pada bulan Maret 2020 inflasi tahunan tercatat 2,96 persen dan bulan Februari 2020 sebesar 2,96 persen.
Beberapa komoditas yang menyumbang inflasi di antaranya bawang merah sebesar 0,12 persen, emas perhiasan 0,9 persen, jeruk 0,5 persen dan gula pasir 0,02 persen. Sementara komoditas penyumbang deflasi, yaitu cabai merah 0,11 persen dan daging ayam 0,08 persen.
Menurutnya, terjaganya inflasi ini sejalan dengan komitmen pemerintah dalam menyediakan bahan pokok selama bulan ramadan terpenuhi dengan baik. Hal ini terjadi karena kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
"Bulan Ramadan tahun ini lebih rendah dari pola historisnya. Karena ada PSBB dan ini menurunkan tingkat permintaan jadi itu bagian dari terkendalinya inflasi," kata Perry.
Reporter: Dwi Aditya Putra
Sumber: Merdeka.com
Advertisement