Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi selama April 2020 sebesar 0,08 persen. Angka ini lebih rendah dari inflasi Maret sebesar 0,10 persen. Sementara, inflasi tahun kalender tercatat sebesar 0,84 persen dan inflasi tahun ke tahun 2,67 persen.
Kepala BPS, Suhariyanto, menjelaskan ada beberapa faktor membuat inflasi pada Maret 2020 rendah. Pertama adalah terjaganya pasokan bahan pangan yang diatur oleh pemerintah.
Advertisement
"Pemerintah sudah siapkan sejak awal, sehingga kalau kita lihat harganya sangat stabil sehingga pasokan pangan terjadi," kata dia di Kantor Pusat BPS, Jakarta, Senin (4/5/2020).
Akan tetapi di sisi lain, juga terjadi penurunan permintaan barang dan jasa dari masyarakat. Hal itu terjadi akibat kebijakan pemerintah dalam Pembatasan Sosial Bersekala Besar (PSBB) yang berpengaruh terhadap aktivitas sosial.
"Satu lagi perlu dicermati, karena turun inflasi inti, tunjukkan ada pelemahan dari daya beli rumah tangga," tandas dia.
Tak Seperti Biasanya
Sebelumnya, Suhariyanto menyebut masih menyebarnya pandemi Corona menyebabkan permintaan barang dan jasa yang harusnya meningkat justru turun menjelang bulan puasa dan Idul Fitri.
"Biasanya kalau mau Ramadan itu selalu naik tapi kali ini turun karena memang situasi dan kondisi Covid-19 membuat pola konsumsi dan pergerakan berubah," katanya.
Sementara, kelompok yang memberikan andil inflasi antara lain makanan, minuman, tembakau yang terdiri dari bawang merah, rokok putih, rokok filter hingga gula pasir. Kemudian, harga emas juga menyumbang andil inflasi bulan ini.
Adapun dari 90 kota indeks harga konsumen (IHK), sebanyak 39 kota mengalami inflasi dan 51 kota mengalami deflasi
Dwi Aditya Putra
Merdeka.com
Advertisement