Aktivitas Manufaktur Indonesia Terendah Sejak 2011

Posisi Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur Indonesia di April 2020 bedara di angka 27,5

oleh Liputan6.com diperbarui 04 Mei 2020, 15:45 WIB
Pekerja mitra UKM pilot sedang mengikuti program pelatihan dan pendampingan basic mentality dan 5 R oleh instruktur YDBA di Solo, Jawa Tengah, Selasa (10/9/2019). Pada tahap awal program sektor unggulan tersebut melibatkan 7 UKM di bidang manufaktur. (Liputan6.com/HO/Eko)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, menyebut bahwa posisi Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur Indonesia di April 2020 bedara di angka 27,5. Posisi ini merosot tajam dibandingkan dengan bulan Maret sebesar 43,5.

Dia mengatakan, posisi angka tersebut didapat berdasarkan survei dilakukan oleh IHS Market. Di mana, penurunan PMI ke posisi terendah sepanjang survei pada bulan April ini, dipengaruhi oleh penyebaran wabah corona yang berimbas pada penutupan pabrik dan anjloknya permintaan, output, dan permintaan baru.

"Hari ini bahwa kita baru mendapatkan angka untuk PMI Indonesia kita ada di level 27 paling dalam di banding ASEAN," kata dia dalam rapat virtual dengan Badan Anggaran DPR RI, di Jakarta, Senin (4/5).

Bendahara negara ini menambahkan, dengan posisi PMI manufaktur Indonesia sebesar 27 maka menjadi terparah sejak 2011. Posisi Indonesia tidak sendirian nilai PMI di Jepang dan Korea Selatan juga mengalami jatuh cukup mendalam.

"Sektor manufaktur ini harus kita waspadai itu adalah untuk bulan April terutama," kata dia.

Sebelumnya, kinerja sektor Industri Pengolahan pada kuartal I 2020 mengalami penurunan. Hal tersebut tercermin dari Prompt Manufacturing Index (PMI) Bank Indonesia yang berada dalam fase kontraksi, yaitu sebesar 45,64 persen, turun dari 51,50 persen pada kuartal IV-2019 dan 52,65 persen pada kuartal I-2019.

 


Produksi Menurun

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.

Melansir dari laman Bank Indonesia (BI), Senin (13/4), Penurunan terjadi pada seluruh komponen pembentuk PMI Bank Indonesia, dengan penurunan terdalam pada komponen volume produksi, yang disebabkan oleh penurunan permintaan dan gangguan pasokan akibat covid-19.

Secara sektoral, hampir seluruh subsektor mencatatkan kontraksi pada kuartal I-2020 kecuali subsektor Makanan, Minuman dan Tembakau.

Namun demikian, pada triwulan II-2020, kinerja sektor Industri Pengolahan diperkirakan sedikit membaik meskipun masih berada pada fase kontraksi. PMI Bank Indonesia pada triwulan II-2020 diperkirakan sebesar 48,79 persen, meningkat dari 45,64 persen pada triwulan I-2020.

Perbaikan tersebut, utamanya dikarenakan ekspansi volume pesanan barang input dan volume persediaan barang jadi. Sementara itu, volume produksi dan penggunaan tenaga kerja juga membaik meskipun kedua komponen tersebut masih berada pada fase kontraksi.

Dwi Aditya Putra

Merdeka.com

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya