Jurus Transparansi Singapura Sukses Lawan Virus Corona COVID-19

Singapura termasuk sukses meredam Virus Corona (COVID-19). Negara ini mengaku transparansi menjadi kunci.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 04 Mei 2020, 20:35 WIB
Seorang wanita duduk di Marina Bay di Singapura pada 6 Maret 2020. Tempat-tempat wisata utama di Singapura sepi dari turis di tengah epidemi virus corona COVID-19. (Xinhua/Then Chih Wey)

Liputan6.com, Jakarta - Singapura menjadi salah satu contoh negara yang dinilai berhasil meredam Virus Corona COVID-19. Transparansi dan kepercayaan disebut penting dalam melawan virus corona baru ini. 

Duta Besar Singapura di Jakarta, Anil Kumar Nayar, memberi beberapa bocoran terkait cara Singapura melawan Virus Corona, yakni meminimalisir risiko kasus impor, deteksi kasus secara dini, dan meminimalisir penyebaran di Singapura.

Saat ini, kasus di Singapura mencapai 18.205 kasus, tertinggi di Asia Tenggara. Namun, itu karena tes massal Virus Corona yang sudah dilaksanakan, meski pasien hanya mengidap gejala ringan.

"Tingginya kasus di Singapura berasal dari tes ekstensif yang telah kita laksanakan. Dari rata-rata 2.900 tes per hari pada awal April, kita telah mampu melakukan lebih dari 8.000 tes per hari pada akhir April," jelas Dubes Anil dalam diskusi virtual dengan media, Senin (5/4/2020).

"Ini berarti tingkat testing sekitar 2.100 orang per 100 ribu orang. Tentunya, dengan intensitas testing yang lebih tinggi, jumlah kasus yang lebih besar ikut teridentifikasi," kata Dubes Anil.

Pendekatan yang digunakan Singapura bersifat rasional dan berdasarkan bukti. Rata-rata, kasus baru di Singapura hanya 11 orang per hari, turun dari pekan sebelumnya yakni 21 orang.

Transparansi data di Singapura juga dianggap sebagai faktor penting melawan Virus Corona. Pemerintah Singapura menegaskan tak ada data yang tersembunyi.

"Tidak ada usaha untuk menutupi apapun atau menyembunyikan fakta-fakta. Kita percaya pada transparansi dan mengutamakan kepercayaan adalah hal yang sangat penting dalam menangani tantangan yang belum pernah ada sebelumnya ini," kata Anil.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


Asrama Pekerja Asing

Ilustrasi Singapura (Liputan6.com/Giovani Dio Prasasti)

Sejak dua minggu terakhir, ada ratusan kasus baru di Singapura tiap harinya. Mayoritas berasal dari asrama pekerja asing.

Dubes Anil berkata mayoritas pekerja itu mengidap gejala ringan saja.

"Meski demikian, kami melakukan segala yang kami bisa untuk kesehatan, penghidupan, dan kesejahteraan mereka. Kita telah bekerja dengan bos mereka untuk memastikan gaji tetap dibayar dan kita akan memastikan mereka mendapat pelayanan medis yang dibutuhkan," ujar Dubes Anil.

Terkait ekonomi, Singapura baru-baru ini melaksanakan kesepakatan dengan Singapura, Australia, Kanada, Korea Selatan, dan Selandia Baru untuk memastikan alur barang tetap terjaga, serta pergerakan esensial masyarakat. Kesepatan ini diikuti Kementerian Perdagangan negara-negara tersebut.

"Singapura akan bekerja dengan erat bersama mitra-mitra internasional kami untuk tetap membuka rute dagang, lini suplai, dan komunitasi. Ini terutama penting bagi barang-barang pokok, seperti suplai medis dan makanan," jelas Anil.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya