Liputan6.com, Jakarta - Kabar duka kembali melanda dunia musik Indonesia. Penyanyi Didi Kempot tutup usia pada Selasa, 5 Mei 2020. Ia meninggal pada pukul 07.45 WIB di Rumah Sakit (RS) Kasih Ibu Solo.
Penyanyi ini meninggal dunia pada usia 53 tahun, demikian mengutip Solopos. Penyanyi campursari ini sudah menyita perhatian generasi milenial saat ini. Pria asli bernama Didi Prasetyo ini bahkan sempat mencuri perhatian warganet. Didi Kempot pernah menjadi trending topic twitter pada Juni 2019.
Advertisement
Ia pun mendapatkan julukan Godfather of Broken Heart. Alias Dewanya patah hati. Sejumlah lagi patah hati yang pernah dipopulerkan antara lain mulai dari Sewu Kutho, Layang Kangen, Jambu Alas, Pantai Klayar dan Cidro. Lagu-lagu Didi Kempot ini yang membuat penikmat lagu terbawa perasaan alias baper.
Tidak hanya patah hati saja, tetapi lagu-lagu yang lahir dari keluarga seniman ini juga menceritakan mengenai bakti kepada orangtua dan religi. Tak hanya itu, lagu-lagu Didi Kempot juga ada yang menyematkan nama-nama tempat, salah satu Stasiun Balapan.
Selain itu, Didi Kempot juga menulis lagu yang ditujukan untuk pendengar yang sedang rindu Surabaya, Jawa Timur. Bila lagu-lagu soal Surabaya yang diingat Surabaya oh Surabaya, dan Mlaku-Mlaku Tunjungan, Didi Kempot pun merilis lagu "Kangen Suroboyo".
"Kangen Suroboyo" yang dirilis bersama Lilin Herlina, penyanyi asal Mojokerto ini seakan menceritakan pasangan yang sedang saling merindu. Dengan gaya bersaut-sautan, pendengar diajak untuk pulang ke Surabaya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Lirik Lagu
Berikut liriknya:
"Kemulono nganggo selimut tresnamu.
Neng Suroboyo tak tunggu tekamu”
Dijawab dengan sautan Didi,
"Sing tak sawang neng angkoso.
Mung kowe dudu wong liyo"
Sepasang kekasih yang sedang menjalani hubungan jarak jauh, meminta lelakinya untuk cepat kembali pulang. Sedangkan sang lelaki mengucapkan janji setia "hanya kamu, bukan orang lain.”
"Manggono neng ngendi
Neng pjok dunyo
Yen kangen mulih mesti teko"
Pergi sejauh apa pun, bila sudah rindu, tak ada alasan untuk tak kembali.
(Kezia Precisilia-Mahasiswa UMN)
Advertisement