Liputan6.com, Jakarta - Maestro musik campur sari Indonesia, Didi Kempot, meninggal dunia pada Selasa (5/5/2020). Dia wafat di Solo Jawa Tengah, sekitar pukul 07.45 WIB.
Didi Kempot berpulang setelah menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Kasih Ibu Solo. Didi Kempot meninggal di usia 53 tahun.
Advertisement
Selain bermusik, semasa hidupnya, Didi Kempot peduli dengan pemberantasan narkoba di Tanah Air. Dia dipilih Badan Narkotika Nasional (BNN) sebagai Duta Anti Narkoba.
Pria yang sering disebut The God Father of Broken Heart ini menyatakan kesiapannya untuk mengkampanyekan hidup tanpa narkoba.
"Mungkin beliau melihat, sering kali saya manggung akhir-akhir ini di atas podium dan disaksikan banyak anak-anak muda. Tolong Pak Didi sampaikan jauhi narkoba, teman-teman sadarkanlah. Jangan dekati semacam itu, mungkin semacam itu pesan-pesan mereka terhadap saya. Dan insyaallah akan saya bawa ke lapangan di saat saya ada kegiatannya, semacam itu, cara kami seniman mungkin," ujar Didi Kempot saat menyambangi kantor BNN, Cawang, Jakarta Timur, Jumat 14 Februari 2020.
Dia berharap kepada masyarakat, terutama seniman untuk menjauhi narkoba. Sebab hidup tanpa narkoba menjadi prestasi yang luar biasa. "Berseni tanpa narkoba itu lebih luar biasa," tegasnya.
Namun bagi para artis yang pernah terjerat narkoba, Didi Kempot yang juga public figure menyampaikan pesannya kepada sesama artis. Dia meminta agar kejadian ini tidak diulangi lagi.
"Itu cobaan, dan jangan diulangi lagi karena membawa dampak yang tidak baik terhadap keluarga juga," tegasnya.
Kemudian, langkah selanjutnya yang akan diambil Didi adalah untuk terus mengkampanyekan pencegahan dan penghindaran narkoba melalui kegiatan musiknya.
"Ya cara kami mungkin di atas podium semacam tadi, menyadarkan aja, karena saya modalnya cuma nyanyi. Menyampaikan dengan seperti tadi berkumpul, ribuan masa akan saya sampaikan jangan. Lebih baik berkarya yang betul betul disiplin engga ada semacam itu," tandas Didi Kempot.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Ganja Diubah Jadi Kopi
Sementara itu, Kepala BNN Heru Winarko mengharapkan, Didi bisa menyampaikan ke masyarakat khususnya generasi muda untuk hidup prestasi tanpa narkoba.
"Beliau berkenan menjadi duta antinarkoba BNN. Dan kita tahu bahwa beliau adalah public figure, bukan hanya nasional mungkin juga internasional. Tadi kita ajak beliau ke lantai tiga, di sana ada tempat materi-materi tentang konten pencegahan narkoba. Kita harapkan yang bisa saya sampaikan itu, bisa menjadi masukan beliau untuk menyampaikan ke masyarakat khususnya generasi muda. Untuk supaya hidup prestasi tanpa narkoba," jelas Heru.
Dia mengungkapkan untuk terus meningkatkan kegiatan penghindaran narkoba, BNN telah bekerja sama bersama pemerintah daerah Aceh, tentang pemanfaatan ganja yang dapat diubah menjadi jagung dan kopi.
"Di kita tahu bahwa lebih kurang 60% pengguna narkoba di Indonesia adalah ganja. Nah Kita fokus kerja sama dengan Pemda di Aceh. Alhamdulillah sudah dua tahun ini berjalan. Ada metode tanaman ganja kita ubah jadi jagung dan kopi. Sudah berjalan dua tahun lebih," jelas Heru.
Urgensinya pencegahan narkoba ini lantaran diketahui bahwa ada dua juta butir Paracetamol, Caffeine, Carisoprodol (PCC) per hari yang telah diproduksi di Tasikmalaya. Termasuk sudah ada 76 jenis New Psychoactive Substances (NPS) yang telah beredar di Indonesia, sebagaimana yang disampaikan Heru berikut ini:
"Yang paling sering kaya kemarin, tramadol yang dipakai LL. Itu namanya itu yang sebenarnya NPS menjadi fokus kita selain ganja, sabu. NPS itu di Indonesia ada 76 jenis sekarang, termasuk ganja gorila dan lain lain itu yang menjadi fokus kita. Teman-teman mungkin tahu, dua bulan yang lalu pabrik di Tasikmalaya menghasilkan PCC dua koma juta butir per hari. Itu yang menjadi fokus kita, itu mungkin yang bisa mengurangi meniadakan narkoba baik yg dari luar maupun dari lama," jelas Heru.
Advertisement