Didi Kempot Meninggal Dunia, Lirik-Lirik Lagunya Abadi

Penyanyi campursari Didi Kempot meninggal dunia pada Selasa, 5 Mei 2020. The Godfather of Broken Heart pelantun Stasiun Balapan itu meninggal di RS Kasih Ibu.

oleh Edhie Prayitno Ige diperbarui 05 Mei 2020, 09:53 WIB
Penampilan penyanyi campursari Didi Kempot (tengah) bersama Nella Kharisma (kanan) dan Sintya Marisca dalam Shopee 12.12 Birthday Sale di kawasan Kebon Jeruk, Jakarta, Kamis (12/12/2019). Didi Kempot membawakan lagu Pamer Bojo, Sewu Kutho, Bayu Langit, dan lain-lain. (Fimela.com/Bambang E. Ros)

Liputan6.com, Solo - Penyanyi campursari Didi Kempot meninggal dunia pada Selasa, 5 Mei 2020. Penyanyi yang terkenal dengan lagu Stasiun Balapan itu meninggal di RS Kasih Ibu.

Asisten Manajer Humas RS Kasih Ibu Solo, dr Divan Fernandez membenarkan kabar duka tersebut. Didi Kempot tiba di IGD rumah sakit tersebut sekitar pukul 07.20 WIB.

"Kondisinya serangan jantung. Terus kita lakukan pertolongan semaksimal mungkin," kata dia saat dihubungi Liputan6.com, Selasa (5/5/2020).

Meskipun telah dilakukan pertolongan tapi nyawa Didi Kempot tidak tertolong. "Dinyatakan meninggal pukul 07.45 WIB," ujarnya.

Didi Kempot yang dijuluki The Godfather of Broken Heart terkenal kerap membawakan lirik-lirik lagu yang mengocok emosional. Namun di tangannya, patah hati, kangen, galau tak harus menjadi derita. Di tangan maestro campursari Didi Kempot, semua kegundahan itu malah bisa menjadi energi baru mempromosikan tempat wisata.

Mari simak cuplikan lirik lagu Banyu Langit ini:

Telesana (basahilah) / Atine wong sing kasmaran (hati manusia yang sedang jatuh cinta) / Setya janji (mengucap janji) / Seprene tansah kelingan (hingga kini selalu ingat) / Adheme gunung merapi purba (dinginnya gunung merapi purba)

Melu krungu swaramu ngomongke apa (ikut mendengar suaramu membicarakan apa) / Adheme gunung merapi purba (dinginnya gunung merapi purba) / Sing neng langgran (nglanggeran) Wonosari Yogjakarta (yang berada di Nglanggeran Wonosari Yogyakarta) / Janjine lungane ra nganti semene suwene (janjinya, pergi tak selama ini) / Pamit esuk lungane ra nganti sore (pamit pagi pergi tak akan sampai sore)//

Jelas sekali dalam lirik itu, Didi Kempot menyebut sebuah tempat, yakni Nglanggeran di daerah Gunungkidul, DIY. Nglanggeran adalah sebuah tempat yang cukup tinggi dan menjadi rangkaian gunung Merapi Purba.

Digambarkan bahwa tempat itu menjadi sedemikian dingin karena alam Nglanggeran ikut mendengarkan janji sang kekasih.

"Setting lagu selalu menyebut sebuah tempat wisata. Saya merasa terpanggil untuk ikut mempromosikan pariwisata di negeri kita," kata Didi Kempot melalui sambungan telepon kepada Liputan6.com.

Tak hanya wilayah Nglanggeran yang akhirnya populer dan kunjungan wisatawan menjadi sedemikian tinggi. Pantai Klayar, Bangjo Malioboro, Parang Tritis adalah tempat yang sebelumnya sudah populer, namun akhirnya bisa mencapai puncak popularitas setelah disebut dalam lirik lagu patah hati Didi Kempot.

Sedemikian besar efek lirik lagu, bahkan panorama sebuah jalan yang menghubungkan Karanganyar-Magetan juga menjadi tempat perburuan yang pernah mendengar lagu Dalan Tembus.

"Keinginan saya, entah setahun sekali atau dua tahun sekali harus ada lagu-lagu saya tentang pariwisata," kata Didi Kempot.

Didi Kempot yang dijuluki ‘Godfather of Broken Heart’ ini mengaku bangga jika pariwisata bisa dikenal banyak orang. Kebanggaannya semakin memuncak jika pengunjung terinspirasi untuk datang setelah mendengar lagunya.

"Semoga membawa berkah. Setidaknya jika tempat wisata itu dikenal orang banyak, saudara-saudara kita para pedagang kecil yang mencari nafkah di tempat wisata tersebut ikut merasakan dampaknya," katan putera dari pelawak kondang Ranto Edi Gudel ini.

Dari banyak lagu, Didi Kempot mengaku sangat terkesan dengan lagu Banyu Langit. Ia bahkan mengaku kalau efeknya diluar ekspektasi.

"Matur nuwun dan syukur kepada Tuhan sudah memberi saya manfaat bagi banyak orang," kata Didi.

Warga di sekitar Gunung Api Purba Nglanggeran mengakui apa yang dikatakan Didi Kempot. Bidang Pemasaran Pokdarwis Gunung Api Purba Nglanggeran Heru Purwanto menyebutkan bahwa setelah lagu Banyu Langit dirilis, kunjungan ke daerah itu meningkat pesat dalam tiga tahun terakhir.

Dampak dari lagu ini diketahuinya ketika berbincang bersama wisatawan. Bahkan ada yang memang belum mengetahui adanya wisata Gunung Api Purba, sebelum tenarnya lagu itu. Sebagian besar wisatawan yang menanyakan wisatawan dari Jawa Timur.

"Ada juga yang tahu Gunung Api Purba Nglanggeran karena lagu tersebut. Ada juga beberapa wisatawan asing datang ingin tahu apa yang sesuai yang dinyanyikan Didi kempot," kata Heru.

 

Simak juga video pilihan berikut ini:


Kata Psikolog

Lagu-lagu Didi Kempot tak jauh dari kegundahan seseorang yang diingkari janjinya. Notasi dan aransemen yang easy listening menjadi modal kuat Didi Kempot. Sebut saja judul lagu Tanjung Mas Ninggal Janji, Banyu Langit, Kalung Emas, Pantai Klayar, dan banyak lagi semua berkisah tentang kesetiaan seseorang namun berbalas dilupakan.

Psikolog Semarang Probowatie Tjondronegoro menyebutkan bahwa pengalaman patah hati, merasa disia-siakan, tak dianggap adalah perasaan universal yang setiap orang mengalami. Perasaan itu jika dikapitalisasikan melalui seni, tentu akan lebih mengena.

"Pendengar lagu akan membandingkan pengalamannya dengan lirik lagu. Jika sudah mendapatkan perasaan yang sama, maka lagu itu akan merasuk dan si pendengar akan mencoba menyempurnakan perasaannya dengan mengunjungi tempat-tempat yang disebutkan," kata Probowatie.

Dalam sosiologi, Aristoteles membagi kelas sosial masyarakat menjadi tiga. Kemudian Karl Marx membagi kelas sosial masyarakat menjadi tiga yang kemudian disederhanakan menjadi dua kelas sosial. Sedangkan Warmer membagi kelas sosial masyarakat menjadi enam.

Dari berbagai kelas sosial yang terpecah-pecah itu, nyatanya hanya Didi Kempot yang mampu menyatukannya. Semua disatukan dalam sebuah emosi bernama patah hati, galau.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya