BI Kepri Tiadakan Layanan Penukaran Uang Keliling di Ramadan Tahun Ini

Penukaran uang akan dilayani melalui loket penukaran di kantor bank, setiap hari kerja pada jam layanan.

oleh Ajang Nurdin diperbarui 05 Mei 2020, 12:30 WIB
Tumpukan uang di ruang penyimpanan uang BNI, Jakarta, Senin (2/11/2015). Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mencatat jumlah rekening simpanan dengan nilai di atas Rp2 M pada bulan September mengalami peningkatan . (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Lebih lanjut kata dia untuk mencegah penyebaran COVID-19, Bank Indonesia (BI) Kepulauan Riau (Kepri) meniadakan layanan penukaran uang melalui Kas Keliling bersama Perbankan pada Ramadan dan Lebaran tahun ini.

Selanjutnya penukaran uang akan dilayani melalui loket penukaran di kantor bank, setiap hari kerja pada jam layanan, dengan tetap menerapkan protokol COVID-19.

Khusus di Kota Batam terdapat 87 titik lokasi layanan penukaran uang oleh perbankan. Bank diminta agar melengkapi sarana kesehatan (hand sanitizer), penggunaan masker & menyediakan publikasi terkait pencegahan penyebaran COVID-2019 a.l. sticker, leaflet dan banner di area layanan kas/banking hall serta menjaga kebersihan area mesin ATM.

Perbankan diminta untuk memastikan ketersediaan uang di mesin ATM setiap saat. Pemenuhan kebutuhan uang di luar wilayah Kota Batam, seperti Tanjungpinang, Tanjung Balai Karimun dan Natuna dilakukan melalui kas titipan setempat.

Selain itu, dalam rangka pemenuhan kebutuhan uang perbankan dan masyarakat di wilayah Kepulauan Riau (Kepri) pada bulan Ramadan dan hari raya Idul Fitri 1441 H, Bank Indonesia menyiapkan uang Rupiah dalam jumlah cukup dan kualitas layak edar sebesar Rp 4,8 triliun.

Ini termasuk untuk tiga kas titipan yang ada di Tanjungpinang, Tanjung Balai Karimun dan Ranai Natuna.

"Kebutuhan uang perbankan pada Ramadan tahun ini diproyeksikan mencapai Rp 2,4 triliun, lebih rendah dari tahun sebelumnya sebesar Rp 2,5 triliun," kata Perwakilan Kepala Kantor BI Kepri Musni Kardi K Atmaja.

 


BI Siapkan Uang Tunai Rp 158 Triliun untuk Ramadan dan Idul Fitri 2020

Penukaran uang receh untuk lebaran 2017 yang diadakan di gedung SCTV Tower, Jakarta, Rabu (14/6). (Liputan6.com/Fatkhur Rozaq)

Bank Indonesia (BI) memproyeksi serta menyiapkan kebutuhan uang kartal untuk periode Ramadan dan Idul Fitri tahun ini mencapai Rp 158,0 triliun, atau tumbuh negatif 17,70 persen (yoy), dibandingkan tahun lalu yang mencapai Rp 192 triliun.

Direktur Eksekutif, Kepala Departemen Pengelolaan Uang, Marlison Hakim, menjelaskan setidaknya ada tiga alasan mengapa proyeksinya tumbuh negatif.

"Pertama, terkait dengan hari libur Idul Firi 1441 H yang diatur ulang menjadi akhir tahun 2020, sehingga hari libur dari semula jumlahnya 12 hari, menjadi 5 hari," papar dia dalam acara BBM (BI Bareng Media), Kamis (29/4/2020), 

Kemudian, mayoritas pekerja swasta tidak menerima THR. Khusus ASN serta anggota TNI dan Polri, THR diberikan kepada golongan Eselon III ke bawah.

Yang ketiga, lanjut Marlison, terkait dengan himbauan Pemerintah untuk tidak melakukan mudik pada Hari Raya Idul Fitri tahun ini.

Sebagai informasi, adapun persebaran jenis uangnya adalah, Uang Pecahan Besar (USB) jumlahnya Rp 142,30 triliun atau 90,0 persen. Uang Pecahan Kecil (UPK) kertas Rp 15,58 triliun atau 9,86 persen, dan Uang Pecahan Kecil (UPK) logam sebesar Rp 0,08 triliun atau 0,05 persen.

Disalurkan oleh sekitar 83 bank di seluruh Indonesia. "Hampir 83 bank yang ikut dalam program penukaran uang ini," jelasnya. 


BI Pastikan Inflasi di Bulan Ramadan Tetap Rendah

Gubernur BI Perry Warjiyo memberikan penjelasan kepada wartawan di Jakarta, Kamis (20/6/2019). RDG Bank Indonesia 19-20 Juni 2019 memutuskan untuk mempertahankan BI7DRR sebesar 6,00%, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,25%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75%.(Liputan6.com/Angga Yuniar)

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan inflasi di bulan ramadan akan terjaga rendah di tengah pandemi virus corona. Di pekan kedua bulan April 2020 diperkirakan inflasi di angka 0,2 persen dan kurang dari 3 persen secara tahunan.

"Sampai minggu kedua bulan april diperkirakan inflasi rendah di 0,2 persen dan secara tahunan juga rendah dari 3 persen," kata Perry di Gedung Bank Indonesia, Jakarta Pusat, Jumat (17/4).

Perry meyakini ekspetasi inflasi akan tetap rendah jika dibandingkan secara historisnya. Hal ini terjadi lantaran penerapan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar yang telah ditetapkan di beberapa wilayah.

Misalnya DKI Jakarta dan beberapa wilayah penyangga Bogor, Depok, Tanggrang dan Bekasi. PSBB juga dilakukan di Makassar dan beberapa daerah lainnya.

Termasuk kebijakan larangan mudik juga akan mengurangi tekanan inflasi dari sisi konsumsi. Sehingga berkurangnya mobilitas manusia akan berdampak pada pola konsumsi.

"Ini akan mengurangi tekanan inflasi dari periode sebelumnya," kata dia. 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya