BUMN Sudah Bisa Produksi Obat Perawatan Pasien Covid-19

Dua perusahaan BUMN sudah bisa memproduksi obat-obatan yang digunakan untuk perawatan pasien terjangkit Covid-19

oleh Liputan6.com diperbarui 05 Mei 2020, 15:30 WIB
Direktur Utama PT Inalum (Persero) Budi Gunadi. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Menteri BUMN Budi Gunadi Sadikin mengatakan dua perusahaan BUMN sudah bisa memproduksi obat-obatan yang digunakan untuk perawatan pasien terjangkit Covid-19. Perusahaan Indofarma dan Kimia Farma membuat tiga jenis obat yakni antiviral, antibiotik dan antiinflamasi.

"Ketiga obat itu sudah bisa diproduksi Indofarma dan Kimia Farma," kata Budi dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Gabungan Komisi VI, VII dan Komisi IX secara virtual, Jakarta, Selasa (5/5).

Pada jenis obat antiviral yang sudah diproduksi yaitu oseltamivir. Budi mengaku dalam produksi obat, perusahaan BUMN mengalami kesulitan bahan baku yang masih impor dari India dan China.

Dalam hal ini pihaknya telah menyewa pesawat Garuda Indonesia untuk membawa oseltamivir. Sehingga obat itu sudah cukup diproduksi Kimia Farma dan Indofarma.

Perusahaan BUMN Farmasi juga sudah memproduksi chloroquine dan azithromycin yang merupakan obat antibiotik dan antiinflamasi dalam jumlah yang cukup. Produk obat ini pun sudah siap distribusikan ke seluruh RS Indonesia.

BUMN juga bekerjasama dengan LBM Eijkman dan lembaga riset perguruan tinggi untuk bisa berpartisipasi baik ditataran lokal maupun internasional. Pada tataran internasional Bio Farma sudah masuk dalam grup solitaire WHO.

 


Vaksin Covid-19

Ilustrasi Foto Vaksin (iStockphoto)

Dalam kerjasama ini Bio Farma sudah bisa melakukan clinical trial untuk vaksin Covid-19. Kerja sama juga dilakukan dengan Sinovac, sebuah perusahaan Bioteknologi dari China yang pertama kali bergerak menghadapi virus Covid-19.

"Kami juga sudah aktif di organisasi dunia mengenai epidemic innovation yang bergerak di bidang vaksin," kata dia.

Sementara itu di dalam negeri, BUMN sudah berkoordinasi dengan seluruh lembaga penelitian mikrobiologi perguruan tinggi, balitbangkes, dan LBM Eijkman. Salah satu yang sedang dikembangkan yakni terapi plasma konvalesen.

Saat ini prosesnya sudah sampai pada tahap tahap uji klinis terakhir. Tahap ini dilakukan bersama RS Angkatan Darat, Eijkman dan Bio Farma. Jika hal ini sudah lulus uji bisa, maka bisa segera digunakan untuk pasien terjangkit.

"Apabila uji clinical sudah lulus dan izin dari Kemenkes untuk bisa segera mengimplementasikan terapi plasma konvalesen," kata dia mengakhiri.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya