Selama Pandemi, Jasa Raharja Catat Penurunan Klaim Asuransi Kecelakaan

Pelayanan santunan dilakukan secara proaktif oleh petugas jasa Raharja dan pengurusan santunan tidak dikenakan biaya.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 05 Mei 2020, 19:15 WIB
Jasa Raharja langsung berkoordinasi dengan kepolisian dan pihak rumah sakit, setelah mendapat laporan.

Liputan6.com, Jakarta - Di tengah Covid-19, banyak perusahaan bahkan lembaga yang melakukan penyesuaian, baik internal maupun eksternal. Tak terkecuali perusahaan ansuransi, yang memaksimalkan layanan digital untuk memaksimalkan layanan mereka.

Direktur Manajemen Risiko PT Jasa Raharja, Wahyu Wibowo mengungkapkan perusahaan saat ini memang harus beradaptasi dan memaksimalkan proses operasional digital menggunakan infrastruktur yang telah dikembangkan.

Beberapa diantaranya, misalnya melayani pengajuan klaim secara online. Langkahnya, cukup lapor ke kepolisian dan selanjutnya Jasa Raharja yang menjalankan. Hingga saat ini, tercatat ada 1.720 Rumah sakit pilihan yang bekerja sama dengan Jasa Raharja.

"Lalu ada sinergi bersama antara Polri, Dukcapil, Bank guna kepastian dan kemudahan santunan," kata dia, Selasa (5/5/2020).

Dia menyampaikan pelayanan santunan dilakukan secara proaktif oleh petugas jasa Raharja dan pengurusan santunan tidak dikenakan biaya.

Menurutnya, pasar khususnya di industri ansuransi, merupakan ekosistem yang kompleks. Untuk itu, ia menyebutkan pentingnya governence untuk menjaga kepercayaan, baik dari internal karyawan, maupun eksternal publik dan mitra.

Sebagai informasi, Wahyu Wibowo juga menyebutkan bahwa selama Covid-19, Jasa Raharja mengalami penurunan hampir 30 persen. Namun hal tersebut juga dibarengi dengan berkurangnya angka klaim yang disinyalir akibat dari pemberlakuan PSBB.

"Pada saat covid pasti ada penurunan itu sampai sekitar 30 persen barangkali. Tapi klaimnya juga turun," ujarnya.


Jasa Raharja Targetkan Laba Bersih Rp 1,6 Triliun di 2020

Jasa Raharja

Direktur Utama PT Jasa Raharja (Persero) Budi Rahardjo Slamet menyebutkan bahwa perusahaannya menargetkan laba bersih pada 2020 senilai Rp 1,6 triliun atau meningkat 4,40 persen, dibandingkan 2019 yang hanya membukukan Rp 1,5 triliun laba bersih.

Untuk itu Jasa Raharja akan mengoptimalkan tiga sumber pendapatannya yang berasal dari iuran wajib (IW) yang dikenakan penumpang angkutan transportasi umum, sumbangan wajib (SW) yang dikenakan kepada pemilik kendaraan pribadi, dan dana investasi yang dikelola oleh perusahaan.

"Memang di anggaran kita selalu naik pertahun. Kami lihat juga potensi para penumpang, yang akan gunakan alat angkutan umum. Kemudian potensi dari kendaraan baru," tegas Bos Jasa Raharja di Kementerian BUMN, Jakarta, Selasa (10/3/2020).

Selain itu, Jasa Raharja akan menggunakan berbagai layanan perusahaan berbasis digitalisasi. Sebagai bentuk efisiesi untuk mamangkas biaya operasional perusahaan.

"Sekarang Jasa Raharja khususnya pada 2020, menggunakan IT sudah relatif lebih baik. Sehingga bisa mengurangi berbagai biaya (operasional)," terang nya.

Namun, Budi tak menampik bahwa kondisi ekonomi nasional yang tengah lesuh. Menjadi tantangan tersendiri bagi Jasa Raharja dalam rangka meningkatkan labah bersih nya.

"Meskipun kita tahu kondisi ekonomi lemah, tapi kita tetap berharap pertumbuhan kendaraan baru juga masih meningkat karena daya beli masyarakat masih akan meningkat,” tandas dia.

Reporter: Sulaeman

Sumber: Merdeka.com 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya