Liputan6.com, Ankara - Turki termasuk negara yang cepat dalam menangani Virus Corona (COVID-19). Terbukti, mereka sudah melakukan hingga 1,2 juta tes virus tersebut.
Obat yang dipillih Turki untuk menangani Virus Corona jenis baru itu adalah favipiravir dari Jepang, serta hydroxychloroquine yang selama ini didukung Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
Ternyata, ada lagi "obat" yang dipakai Turki untuk menangkal Virus Corona jenis baru ini, yaitu minyak wangi.
Baca Juga
Advertisement
Dilansir VOA Indonesia, Rabu (6/5/2020), ada kalangan yang mengandalkan sebuah tradisi untuk mencegah Virus Corona, yaitu eau de cologne atau minyak wangi terkenal yang dibuat di Kota Koln di Jerman.
Dengan muatan alkoholnya yang besar, minyak wangi cologne dipercayai bermanfaat untuk membunuh virus corona. Mulai dari produsennya sampai ke ahli-ahli kimia, semuanya dihadapkan pada permintaan akan air dari cologne yang meningkat.
Ziya Melih Sezer adalah seorang ahli kimia berusia 89 tahun, dan barangkali ahli kimia tertua di Istanbul. Keahliannya menyebabkan dirinya dikecualikan dari lockdown yang diberlakukan di seluruh negara untuk orang-orang diatas usia 65 tahun.
Mengenakan sebuah topi baret, apotek milik Sezer tetap buka guna melayani pelanggan lokal, sesuatu yang telah dilakukan keluarganya selama lebih dari satu abad.
Di dinding toko bergantungan sertifikat-sertifikat keluarga terkait kebolehan keluarganya dalam ilmu farmasi dan berasal dari masa kekaisaran Ottoman, sebelum Republik Turki terbentuk.
“Belum pernah ada kejadian seperti ini, tidak sepanik ini,” kata Sezer. “Saya belum pernah mendengar laju kematian sedemikian tingginya. Orang-orang jatuh dan tewas bagai daun-daun yang berguguran.
Menurut kementerian kesehatan Turki, lebih dari 3.000 orang meninggal dunia akibat Virus Corona, dan lebih dari 60 persen di Istanbul. Menurut CoronaTracker, total kasus di Turki ada 129.491
Wali Kota Istanbul Ekrem Imamoglu, dari CHP yang beroposisi, mengatakan, laju kematian ini kemungkinan jauh lebih tinggi. Pemerintah pusat membantah keras tuduhan Imamoglu itu.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
FDA Izinkan Penggunaan Obat Ebola untuk Pasien Virus Corona COVID-19 di AS
Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) Amerika Serikat telah mengizinkan penggunaan darurat dari obat Ebola remdesivir untuk mengobati Virus Corona COVID-19.
Mengutip BBC, otorisasi berarti obat anti-virus sekarang dapat digunakan pada orang yang dirawat di rumah sakit dengan COVID-19 yang parah.
Sebuah uji klinis baru-baru ini menunjukkan obat itu membantu mempersingkat waktu pemulihan bagi orang yang sakit parah.
Tetapi otorisasi FDA darurat tidak sama dengan persetujuan formal, yang membutuhkan tingkat tinjauan yang lebih tinggi.
Para ahli juga memperingatkan obat itu - yang pada awalnya dikembangkan untuk mengobati Ebola, dan diproduksi oleh perusahaan farmasi Gilead - tidak boleh dilihat sebagai "peluru ajaib" untuk Virus Corona baru.
Selama pertemuan dengan Presiden AS Donald Trump di Oval Office, Kepala Eksekutif Gilead Daniel O'Day mengatakan otorisasi FDA adalah langkah pertama yang penting. Perusahaan akan menyumbangkan 1,5 juta botol obat, katanya.
Komisaris FDA Stephen Hahn juga mengatakan pada pertemuan itu: "Ini adalah terapi resmi pertama untuk COVID-19, jadi kami benar-benar bangga menjadi bagian darinya."
Advertisement