Paus Fransiskus Ajak Semua Umat Beragama Puasa Sehari saat Ramadan untuk Akhiri COVID-19

Imam Besar Al Azhar Mesir, Ahmad Al Tayeb menyambut baik inisiatif Paus Fransiskus.

oleh Raden Trimutia Hatta diperbarui 07 Mei 2020, 15:19 WIB
Pemimpin umat Katolik dunia, Paus Fransiskus dan Imam Besar Masjid Al-Azhar, Ahmed al-Tayeb bertukar hadiah pada sebuah pertemuan pribadi di Vatikan, Selasa (7/11). (L'Osservatore Romano/Pool via AP)

Liputan6.com, Jakarta Virus Corona COVID-19 telah menjangkit lebih dari 3,6 juta orang di dunia. Paus Fransiskus pun menyerukan semua umat beragama di seluruh dunia untuk bersatu, menjalani puasa, dan berdoa bersama meminta pertolongan Tuhan agar pandemi Virus Corona jenis baru ini segera berakhir.

Ibadah puasa dan doa bersama di seluruh dunia itu dijadwalkan Komite Tertinggi Persaudaraan Manusia (HCHH) pada Kamis 14 Mei, yang bertepatan dengan ibadah puasa Ramadan umat Islam dari fajar sampai terbenamnya matahari.

Menurut ajudan Paus Fransiskus, Monsignor Yoannis Lahzi Gaid, seorang pendeta dari Mesir, hari itu akan menjadi momen bersejarah.

"Ini akan menjadi pertama kalinya semua manusia bersatu demi satu tujuan; berdoa bersama, menurut keyakinan masing-masing, membuktikan bahwa agama itu menyatukan, bukan memecah belah," jelasnya.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Imam Besar Al Azhar Mesir Menyambut Baik

Paus Fransiskus bertemu Syekh Ahmed al-Tayeb, Imam Besar Al Azhar di Mesir (OSSERVATORE ROMANO)

Imam Besar Al Azhar Mesir, Ahmad Al Tayeb menyambut baik inisiatif Paus Fransiskus. Dia menyerukan semua orang di seluruh dunia berdoa dan melakukan kegiatan amal.

"Demi Allah Yang Maha Besar, agar mengangkat pandemi ini dari kita dan seluruh dunia," tulis Al Tayeb dalam sebuah unggahan di Facebook, seperti dilansir Alarabiya, Rabu (6/5/2020).


Berdampak ke Seluruh Umat Beragama

Paus Fransiskus bertemu (kiri) memeluk Imam Besar Al-Azhar Sheikh Ahmed Mohamed el-Tayeb di Vatikan, Senin (23/5). Pelukan bersejarah ini sekaligus menjadi awal pemulihan hubungan yang membeku selama lima tahun terakhir. (Handout/Osservatore Romano/AFP)

Pandemi telah melewati lintas batas dan budaya tanpa diskriminasi, berdampak terhadap semua orang apapun agama dan latar belakangnya. "Virus ini membuat kita paham kerentanan kita dan perlunya bersatu sebagai saudara. Kita tidak bisa mengatasi ini sendiri-sendiri," kata ajudan Paus Fransiskus, Yoannis Lahzi Gaid, yang juga anggota HCHH.

"COVID-19 membuat kita semua bersimpuh. Tapi bersimpuh adalah posisi terbaik untuk berdoa," tambahnya.

HCHH, yang dibentuk tahun lalu atas dukungan Uni Emirat Arab, juga menyerukan orang-orang berdoa untuk ilmuwan agar bisa menemukan vaksin secepatnya.

Kendati wilayah sains ilmiah dan keyakinan tradisional kerap dianggap tak sepadan, Gaid mengatakan tak ada kontradiksi antara keduanya, seperti ditunjukkan pandemi ini.

"Ada sebuah sifat yang saling mengisi. Sains tanpa agama tetap tanpa cakrawala dan agama tanpa sains tetap tanpa dukungan. Ini pelajaran hebat dari Covid-19," kata Gaid.

 


Bukan Kali Pertama

Paus Fransiskus melakukan pertemuan pribadi dengan Imam Besar Masjid Al-Azhar, Ahmed al-Tayeb di Vatikan, Selasa (7/11). Dalam pertemuan itu, Al-Tayeb menjanjikan kerja sama lebih besar dalam memerangi terorisme. (L'Osservatore Romano/Pool via AP)

Ini bukan pertama kalinya para pemimpin dan cendekiawan agama dunia menekankan pentingnya ilmu pengetahuan.

Merefleksikan kemajuan ilmiah dan teknis adalah fokus dari pertemuan antaragama HCHH yang mengarah pada penandatanganan "Dokumen Persaudaraan Manusia," oleh Paus Fransiskus dan Ahmad Al Tayeb tahun lalu.

Para pemimpin dunia lainnya juga telah doa bersama pada 14 Mei, termasuk Putra Mahkota Abu Dhabi Sheikh Mohamed bin Zayed Al Nahyan, Presiden Libanon Michel Aoun, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, dan Patriark Ekumenis Konstantinopel Bartholomew. 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya