Salat Tarawih Hari ke-15, Malaikat Memohonkan Ampunan

Salat Tarawih pada hari ke-15 bulan Ramadan memiliki keutamaan akan mendapatkan permohonan ampun dari para malaikat.

oleh Erik diperbarui 07 Mei 2020, 03:00 WIB
Salat Tarawih biasanya di masjid. Masjid Nasional Al Akbar Surabaya memiliki banyak keistimewaan, termasuk pada teknologi yang digunakannya. Foto: Muhamad Husni/ Liputan6.com

Liputan6.com, Jakarta - Salah Tarawih adalah salah satu ibadah khas saat Ramadan. Bulan spesial Ramadan merupakan bulan suci yang dinanti kedatangannya. Di dalamnya terdapat sejumlah keutamaan di antaranya adalah mengerjakan Salat Tarawih.

Pada hari ke-15 bulan Ramadan ini, keutamaan Salat Tarawih adalah akan mendapatkan permohonan ampun dari para malaikat. Keterangan itu terdapat pada kitab Durratun Nasihin karya Syekh Utsman bin Hasan bin Ahmad Asy-Syakir al-Khaubawiyyi.

"Pada Malam yang kelimabelas para malaikat dan para malaikat penyangga Arasy dan para malaikat penjaga Kursi Kerajaan Langit pada memintakan ampunan pada orang yang Salat Tarawih," tulis Syekh Utsman dalam kitabnya.

Masjid menjadi pilihan utama dalam mengerjakan Salat Tarawih. Namun, jika tidak memungkinkan karena ada bencana atau halangan tertentu, maka mengerjakannya di rumah bisa menjadi pilihan.

Cara mengerjakannya pun bisa dengan sendiri-sendiri atau berjamaah dengan anggota keluarga di rumah. Hal itu karena sesungguhnya tidak ada aturan yang mewajibkan mengerjakan Salat Tarawih berjamaah.

Salat Tarawih tak harus di masjid. Seturut protokol kesehatan di tengah wabah virus corona COVID-19 ini, mengerjakan salat Tarawih secara berjamaah di masjid dapat menimbulkan bahaya, yaitu penularan. Penularan virus corona begitu cepat dimungkinkan melalui cipratan doplet antar-manusia.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini


Mengenal Kitab Durratun Nasihin

Masjid Agung Tuban (Ahmad Adirin)

Kitab Durratun Nasihin merupakan salah satu kitab penting dalam dunia pesantren di Indonesia. Kajian tentangnya terus dilakukan demi mencecap hikmah dan kebijaksanaan dalam menjalani ibadah.

Durratun Nasihin dalam Bahasa Arab berarti mutiara para penasihat. Sesuai judulnya, kitab ini menghimpun sejumlah nasihat, peringatan, hikmah serta kisah-kisah menarik terkait kehidupan dunia dan akhirat.

Dalam pembukaan kitab ini, pengarangnya mengatakan bahwa dirinya merupakan salah satu ulama yang tinggal di Konstantinopel. Tak ada keterangan mengenai tanggal kelahiran sang pengarang, namun diketahui bahwa ia meninggal pada 1824 M.

Syekh Utsman menyatakan bahwa dia melatari penulisan kitab ini lantaran masyarakat di tempat tinggalnya gemar dengan nasihat-nasihat. Timbul niat untuk menulis sebuah kitab yang berisi nasihat dan kisah-kisah.

Selain itu, dia juga ingin meluruskan cara orang-orang sekitar yang salah dalam menyampaikan nasihat. Maka, kitab ini juga bisa disebut sebagai sarana untuk membenarkan cara penyampaian nasihat yang keliru.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya