Liputan6.com, Jakarta Banyuwangi merupakan salah satu kabupaten yang berhasil mengembangkan teknologi, informasi, dan komunikasi (TIK), untuk meningkatkan layanan di daerahnya. Salah satu pengembangkan TIK yang berhasil dijalankan adalah Smart Kampung.
"Smart Kampung ini bukan hanya pelayanan biasa, tapi sekarang sangat membantu bagi pendataan layanan mereka yang akan (menerima) jaring pengaman sosial atau JPS dan lain-lainnya," kata Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas.
Advertisement
Ya, Smart Kampung merupakan program pengembangan desa terintegrasi yang memadukan antara penggunaan TIK berbasis serat optik, kegiatan ekonomi produktif, kegiatan ekonomi kreatif, peningkatan pendidikan-kesehatan, dan upaya pengentasan kemiskinan.
Program Smart Kampung pertama kali dijalankan di Banyuwangi pada 2015. Total ada sekitar 41 desa atau kelurahan yang menjadi pilot project Smart Kampung dan sebanyak 189 desa telah memanfaatkan pelayanan berbasis online ini.
Salah satu desa yang mengandalkan Smart Kampung di tengah pandemi Covid-19 ini adalah Kantor Pelayanan Desa Bomo. Dengan Smart Kampung, kepala desa, kelurahan dan jajarannya dapat mengetahui jumlah data warga yang berhak menerima jaring pengaman sosial (JPS).
"Dengan demikian data penerima JPS dan BLT di Banyuwangi tidak dobel. Sehingga jika ada yang dobel sistem ini akan menolak," jelas Anas.
Tak hanya data penerima bantuan sembako, nutrisi ibu hamil-menyusui, bantuan pusat dan provinsi saja yang terintegrasi dengan sistem Smart Kampung. Tapi data terkait Program ASN Peduli yang memberi bantuan untuk warga kurang mampu pun terintegrasi baik dengan sistem sistem Smart Kampung.
"Alhamdulillah dengan cepat dapat kita verifikasi berkat Smart Kampung yang ada di desa-desa," tutup Anas.
Simak Video Berikut Ini
(*)
Advertisement