BMKG: Gempa Maluku di Laut Banda Terjadi di Sarang Lindu Kuat

Gempa ini tidak menimbulkan tsunami, namun BMKG mengungkap lindu tersebut terjadi di sarang gempa kuat. Berikut penjelasannya.

oleh Rita Ayuningtyas diperbarui 07 Mei 2020, 14:32 WIB
Hari ini, Jumat, 30 Desember 2016, gempa guncang Nusa Tenggara Timur, dan Nusa Tenggara Barat. (Ilustrasi Gempa: cdn.abclocal.go.com)

Liputan6.com, Jakarta - Gempa Laut Banda dengan magnitudo 7,3 yang kemudian dimutakhirkan menjadi magnitudo 6,9 terasa mengguncang Maluku pada Rabu 6 Mei 2020 malam. Gempa ini tidak menimbulkan tsunami, namun Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengungkap lindu tersebut terjadi di sarang gempa kuat.

"Lokasi hiposenter Gempa Banda tadi malam berada di kawasan yang menurut catatan sejarah gempa merupakan 'sarang' gempa kuat di Zona Subduksi Banda," kata Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono, Jakarta, seperti dilansir Antara, Kamis (7/5/2020).

Dia mengatakan, berdasarkan catatan, gempa dahsyat di lokasi tersebut sudah terjadi beberapa kali. Gempa dahsyat itu terjadi pada 1918 dan 1950 dengan magnitudo 8,1; pada 1963 dengan magnitudo 8,2; dan terakhir pada 2019 dengan magnitudo 7,7.

Beberapa gempa kuat ini dirasakan guncangannya hingga Benua Australia.

Awalnya BMKG menginformasikan, gempa yang terjadi pukul 20.53 WIB, Rabu 6 Mei, itu bermagnitudo 7,3, sebagai informasi cepat. Magnitudo informasi cepat ini diolah menggunakan jumlah data yang terbatas dalam waktu yang sangat singkat kurang dari lima menit.

Menurut dia, dengan jumlah data yang terbatas tersebut, memungkinkan secara statistik menghasilkan magnitudo gempa yang lebih besar jika dibandingkan dengan jumlah data yang lebih banyak.

Untuk mendapatkan magnitudo gempa yang akurat, selanjutnya para analis gempa di BMKG kembali mengolah data sebanyak-banyaknya hingga memperoleh magnitudo update yang stabil, yaitu magnitudo 6,9.

Proses updating atau pemutakhiran magnitudo gempa semacam ini adalah hal biasa dan lazim dilakukan oleh lembaga monitoring gempa bumi di manapun juga.

"BMKG harus cepat memberikan informasi parameter gempa, karena selain bertugas memberikan informasi gempa, BMKG juga bertanggung jawab memberikan peringatan dini tsunami yang harus segera disampaikan kepada masyarakat pesisir. Banyak pantai kita lokasinya dekat dengan sumber gempa dengan ketersediaan waktu penyelamatan dari tsunami sangat singkat," kata Daryono.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Penyebab Gempa Rabu Malam

Berdasarkan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa tersebut terjadi akibat adanya deformasi batuan pada bagian Lempeng Banda di Zona Benioff, sehingga Gempa Laut Banda itu hiposenternya cukup dalam. Meskipun mekanisme sumbernya sesar naik (thrust fault), tidak berpotensi tsunami.

Selain itu, gempa kuat di Laut Banda adalah gempa yang berpusat di kedalaman menengah yaitu 97 km, munculnya gempa kuat di kedalaman menengah ini sebenarnya sudah ditandai dengan munculnya aktivitas gempa-gempa kecil yang membentuk klaster pusat gempa menengah sejak April 2020.

Gempa tersebut bersumber dari Banda slab (Lempeng Banda yang tersubduksi) dan tidak bersumber di Banda Detachment (bidang gelincir patahan Banda) di zona Weber Deep seperti yang disinggung beberapa warganet di media sosial.

Karena hiposenternya yang cukup dalam, gempa tersebut memiliki spektrum getaran yang dirasakan mencakup wilayah yang sangat luas. Guncangan gempa dilaporkan dirasakan hingga di Manokwari dan Waingapu.

"Peristiwa gempa kuat di Laut Banda tadi malam menjadi salah satu bukti bahwa sistem subsuksi Laut Banda memang masih sangat aktif," ujar Daryono.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya