Liputan6.com, Jakarta- Para ilmuwan menganalisis gambar baru beresolusi tinggi dari kamera HiRISE di papan NASA Mars Reconnaissance Orbiter, sebagaimana diuraikan dalam jurnal Nature Communications.
Francesco Salese, penulis utama jurnal dari Universitas Utrecht di Belanda, mengatakan, "sayangnya kami tidak memiliki kemampuan untuk mendaki, untuk melihat detail skala yang lebih halus, tetapi kesamaan yang mencolok dengan batuan sedimen di Bumi menyisakan sedikit imajinasi," seperti dikutip dari Science Alert, Jumat (8/5/2020).
Advertisement
Para peneliti menemukan endapan sedimen setinggi sekitar 200 meter dan selebar 1,5 kilometer setelah peneliti mengubah gambar menjadi peta topografi 3D dari Hellas Basin di Mars, yaitu salah satu kawah terbesar di tata surya manusia.
Temuan ini diharapkan dapat meningkatkan penelitian masa depan mengenai kehidupan kuno di Mars.
Saksikan Video Berikut Ini:
Potret Hellas Basin di Mars
Francesco Salese mengatakan kepada New Scientist bahwa untuk membentuk endapan setebal 200 meter ini, ia dan para peneliti membutuhkan kondisi yang memberikan lingkungan yang mampu untuk mempertahankan volume air cair yang signifikan.
Potret pada Hellas Basin di Mars itu juga dapat dilihat dari postingan New Scientist dalam laman Twitter mereka.
Advertisement
Banyaknya Air
Joel Davis, peneliti post doctoral di Natural History Museum di London, Inggris, dan rekan penulis jurnal tersebut, mengatakan "ini adalah satu lagi potongan teka-teki dalam mencari kehidupan kuno di Mars, memberikan wawasan baru tentang seberapa banyak air yang menghuni lanskap kuno ini."
Joel Davis lalu menambahkan, bahwa sungai-sungai yang membentuk bebatuan itu bukan hanya peristiwa satu kali, namun, mungkin aktif selama puluhan hingga ratusan ribu tahun.
Teknologi Luar Biasa
Penemuan baru ini dapat terjadi karena beberapa teknologi luar biasa yang masih mengorbit di Mars yang ratusan juta mil jauhnya dari Bumi. Salah satunya adalah kamera NASA Mars Orbiter yang mampu mengambil gambar lanskap Mars pada resolusi 25 sentimeter per piksel dari jarak 400 km.
Rekan penulis, William McMahon menyatakan bahwa saat ini ia dan timnya memiliki teknologi untuk memperluas metodologi itu ke planet terestrial lain, Mars, yang menjadi tuan rumah catatan batuan sedimen kuno, dan meluas lebih jauh ke masa lalu daripada waktu kita sendiri.
Advertisement